Logo Ruang Menyal
Bg Block

Ini Tanda-tanda Toxic Hustle Culture yang Perlu Kamu Hindari

Oleh: ruangmenyala

Last updated: 14 Mei 2024 | 2379 dilihat

Article Detail

Toxic hustle culture adalah hal yang kerap terjadi ketika kamu begitu memprioritaskan pekerjaan di atas aspek-aspek lainnya dalam hidup.

Well, budaya hustle sebetulnya memiliki sejumlah sisi positif, namun begitu pula dengan dampak-dampak negatif yang mungkin ditimbulkan.

Adapun sisi positif dari hustle culture adalah membantumu lebih termotivasi, produktif, dan cepat dalam mencapai target kerja.

Akan tetapi, bila hal tersebut tidak kamu rasakan, maka bisa jadi kamu sedang terjebak dalam toxic hustle culture.

Lantas, apa itu toxic hustle culture? Simak tanda-tandanya di artikel berikut ini!

Baca juga:

Apa itu Toxic Hustle Culture?

Toxic hustle culture adalah siklus yang diciptakan oleh masyarakat agar kamu terus bekerja tanpa mengenal lelah maupun istirahat untuk menghasilkan uang secara produktif.

Kebiasaan tersebut dapat berdampak buruk pada kesehatan tubuh maupun psikis sehingga menurunkan produktivitas. 

Toxic hustle culture adalah fenomena yang terus meningkat dari tahun ke tahun, terlebih saat pandemi telah berlalu.

Semua orang mulai sibuk menebus waktu yang dilewatkan tanpa menyisihkan sebagian untuk bersantai.

Jika hal tersebut dilakukan secara terus-menerus, maka akan menyebabkan kelelahan dan stres.

Tanda-tanda Toxic Hustle Culture

Meskipun dapat membuat kamu mencapai tujuan hidup dengan cepat, toxic hustle culture adalah kebiasaan buruk dan dapat berdampak kurang baik jika dilakukan secara terus-menerus.

Sebelum tenggelam dalam kebiasaan buruk tersebut, kamu harus mengenal tanda-tanda budaya hustle culture, di antaranya:

1. Menunda-nunda Tidur

Salah satu tekanan dari kebiasaan toxic hustle culture adalah kewajiban menyelesaikan pekerjaan sepanjang waktu hingga seseorang mengorbankan waktu istirahat.

Meskipun terkesan kurang penting, waktu senggang merupakan hal yang paling dibutuhkan agar dapat beristirahat atau bersantai sejenak. 

Ketika kamu menunda waktu istirahat, hal ini dapat membuatmu cenderung menunda jam tidur di malam hari karena ingin bersantai sembari menonton serial kesukaan atau sekedar membuka sosial media.

Jika kamu masih melakukan hal tersebut, segera tinggalkan karena dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik.

Baca juga: Apa itu Self Reward? Cek Cara Hemat dan Contohnya untuk Diri Sendiri

2. Bekerja Berlebihan

Toxic hustle culture adalah kebiasaan yang menekankan kamu untuk menghabiskan sebagian besar hari dengan berfokus pada pekerjaan dan mencapai tujuan karir. 

Hal tersebut seringkali memicu perasaan khawatir, bersalah, atau takut tertinggal. Terlebih jika kamu membandingkan diri dengan rekan kerja atau teman.

Sebenarnya, tidak apa-apa mengambil waktu sejenak dari pekerjaan untuk bersantai dan menjaga kesehatan mental. 

Kamu dapat menjauh dari meja kerja saat makan siang untuk sekedar berjalan-jalan atau berolahraga sebentar.

Itu dapat membuat tubuhmu menjadi lebih segar dan siap melanjutkan aktivitas dengan lebih fokus.

3. Tidak Memiliki Waktu Untuk Hobi

Toxic hustle culture adalah suatu tuntutan untuk terus produktif selama satu minggu penuh.

Hal ini dapat membuat kamu merasa kesulitan mencari waktu sekedar melakukan hobi atau bersantai. 

Membiarkan diri tanpa waktu untuk bersantai dipercaya dapat membahayakan kesehatan mental.

Jika kamu meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan kesukaanmu, maka suasana hati akan lebih baik, serta terhindar dari stres dan depresi.

Melakukan hobi juga merupakan cara yang bagus untuk bersosialisasi dengan orang lain serta membangun pertemanan.

Baca juga: Tips Mengatur Keuangan Yang Tepat Untuk Generasi Z

4. Memiliki Ekspektasi yang Kurang Realistis

Menjadi ambisius bukanlah hal buruk, namun menempatkan diri di bawah tekanan untuk mencapai sesuatu secara berlebihan dapat berdampak serius pada kesejahteraan dalam jangka panjang.

Mengikuti gaya hidup untuk selalu memperhitungkan segala hal yang dilakukan dapat memicu timbulnya ekspektasi yang kurang realistis. 

Meskipun menentukan tujuan dapat meningkatkan motivasi, namun harus dilakukan secara realistis sesuai kemampuan dan kapasitas diri kamu.

Tujuan yang kurang realistis akan menyebabkan risiko kelelahan atau menyerah pada aspirasi terlalu dini.

Saat menentukan tujuan, coba petakan pada jangka waktu yang lebih panjang. Hal ini dapat membantu kamu memantau pencapaian secara berkala dan meningkatkan rasa percaya diri. 

5. Membanding-bandingkan

Kebiasaan paling buruk dari toxic hustle culture adalah dorongan persaingan dan perbandingan yang membuat kamu seringkali merasa insecure.

Membandingkan diri dengan orang lain dapat menurunkan kepercayaan diri serta menyebabkan kamu menetapkan standar yang tidak realistis dalam pencapaianmu. 

Sebaiknya, kamu berfokus pada kesuksesanmu sendiri dan biasakan untuk menuliskan pencapaian yang telah diraih selama satu pekan.

Hal tersebut dapat menjadi motivasi dan mendorong rasa percaya diri agar semakin meningkat.

Kamu juga perlu mengurangi intensitas membuka media sosial untuk menghindari kemungkinan membandingkan diri dengan orang lain.

Ini akan mengurangi perasaan tertekan dan membuatmu dapat berpikir lebih positif.

Dampak Toxic Hustle Culture

Toxic hustle culture adalah  budaya mengorbankan diri untuk bekerja keras tanpa peduli rasa lelah serta kesehatan mental.

Seseorang yang menerapkan gaya hidup ini harus terus produktif untuk mencapai tujuannya.

Gaya hidup hustle culture jika dilakukan secara konsisten dapat memberikan dampak kurang baik, di antaranya:

1. Menurunkan Produktivitas

Bekerja keras secara intensif dapat menurunkan produktivitas serta kreativitas. Hal tersebut sangat identik dengan kebiasaan hustle culture yang menuntut seseorang untuk terus bekerja. 

Bukannya memperoleh kesuksesan karir, kamu malah berpotensi kehilangannya ketika bekerja secara berlebihan hingga kelelahan.

Baca juga: Apa itu Kerja Cerdas? Ini Pengertian dan Tips Melakukannya

2. Mengabaikan Rasa Lelah

Toxic hustle culture adalah lingkungan yang dapat menjebak kamu untuk terus bekerja tanpa henti dan mengabaikan rasa lelah. 

Kamu akan menghalau perasaan tersebut dan mengabaikannya karena merasa bersalah jika tidak menyelesaikan pekerjaan.

Kondisi ini memicu timbulnya disonansi kognitif (konflik perasaan) yang membahayakan kesehatan mental.

3. Stres Meningkat

Dampak selanjutnya dari toxic hustle culture adalah meningkatkan stres. Kelelahan karena bekerja terus-menerus dapat memicu hormon kortisol atau hormon stres.

Jika hal ini terus berlanjut, maka akan memicu timbulnya rasa cemas berlebihan, depresi, penyakit jantung, hingga gangguan memori.

Tips Menghindari Toxic Hustle Culture

Toxic hustle culture adalah kebiasaan buruk yang harus dihindari. Meskipun terasa sulit untuk melakukannya, namun penerapan ritme kerja baru dan lebih baik akan membuat kamu semakin produktif.

Berikut tipis menghindari hustle culture yang berlebihan, di antaranya:

1. Membuat Batasan Waktu Kerja dan Istirahat

Mulailah membuat batasan dengan menentukan jam berapa terakhir kamu menyelesaikan pekerjaan.

Setelah itu, gunakan sisa waktu yang ada untuk beristirahat dengan melakukan hobi atau bersantai sejenak bersama keluarga.

2. Mencari Tahu Batas Kemampuan Energi Tubuhmu

Kamu dapat membuat jurnal harian dengan menuliskan pekerjaan apa saja yang harus diselesaikan pada hari itu.

Kamu juga perlu memantau dan menandai mana yang telah diselesaikan serta memberi evaluasi untuk hari berikutnya. 

Hal ini akan mempermudah kamu menemukan ritme kerja yang cocok sehingga dapat mengalokasikan energi dengan baik.

3. Menentukan Prioritas Pekerjaan

Kamu perlu melakukan analisis 80/20 dengan mengutamakan pekerjaan yang dalam 20 persen aksi akan memberikan 80 persen hasil. 

Sedangkan untuk pekerjaan yang tidak memberikan dampak besar, kamu dapat meletakkannya di prioritas bawah.

Yuk Cek Kesehatan Finansialmu lewat Ruang meNYALA!

Nah, itulah penjelasan toxic hustle culture yang dapat kamu pahami. Jangan sampai menyiksa diri sendiri hanya demi karir ya! Ingin belajar hal lain terkait finansial? Ini saatnya mengetahui kondisi kesehatan finansialmu. Kamu bisa mengikuti Financial Fitness Check Up dari Ruang meNYALA sebagai langkah awal mencapai #FinanciallyFit! Ayo daftar sekarang.

Baca juga: Mana yang Lebih Baik, Bekerja Demi Passion atau Uang?


undefined Komentar

Max. 0/120 karakter

Konten Lainnya