Dalam investasi saham, kamu perlu melakukan analisis yang mendalam sebelum memutuskan akan berinvestasi pada saham apa. Nah analisis saham ini terdiri dari beberapa tipe, seperti analisis fundamental, analisis teknikal, hingga analisis sentimen.
Masing-masing jenis analisis memiliki ciri khas dan metode yang berbeda-beda. Misalnya, investor yang cenderung memilih analisis fundamental akan melakukan riset secara mendalam mencakup kondisi perusahaan, kondisi ekonomi, hingga tren pasar.
Artikel ini akan membahas secara khusus tenang tips memilih saham untuk para fundamentalis atau yang menggunakan cara-cara fundamental dalam menganalisis saham.
Baca juga: Apa Itu Saham? Cek Jenis hingga Keuntungannya di Sini
Siapa Investor Fundamentalis?
Mungkin kamu bertanya, siapa yang dimaksud dengan ‘para fundamentalis’ dalam judul artikel ini kan? Yuk kita bahas!
Fundamentalis dalam pembahasan ini merujuk pada para investor saham yang cenderung menggunakan analisis fundamental sebelum mengambil keputusan.
Analisis fundamental sendiri adalah metode analisis yang bertujuan untuk mengukur atau menilai suatu emiten saham. Dalam praktiknya, analisis fundamental dilakukan dengan mengevaluasi kondisi internal perusahaan serta situasi makro ekonomi.
Metode analisis fundamental mencakup hal-hal dasar sebagai berikut:
- Laporan keuangan perusahaan, digunakan untuk mendapat gambaran kondisi keuangan perusahaan, termasuk neraca, laporan laba rugi, hingga arus kas.
- Rasio keuangan, untuk memahami berbagai aspek kinerja perusahaan, seperti profitabilitas, likuiditas, dan leverage.
- Faktor eksternal, beberapa faktor eksternal juga akan dievaluasi, terutama yang akan berdampak pada investasi, seperti situasi ekonomi, tren pasar, daya beli masyarakat, dan sebagainya.
Baca juga: 12 Istilah Dalam Saham, Wajib Contek Bagi Investor Pemula
Praktik Analisis Fundamental
Dalam praktiknya, analisis fundamental bisa dilakukan dengan dua cara yaitu Top Down dan Bottom Up. Berikut ulasan lebih lengkapnya!
1. Metode Top Down
Sesuai namanya, metode ini dilakukan dengan menganalisis faktor makro terlebih dulu lalu membahas faktor mikronya. Ada tiga tahap yang bisa dilakukan dalam metode ini, yaitu analisis makro, analisis sektoral, lalu analisis mikro.
Tahap pertama yang dilakukan investor atau analis saat menggunakan metode ini adalah dengan mengamati makroekonomi, seperti
Ketika melihat gambaran yang lebih besar, investor menggunakan variabel makroekonomi, seperti Produk Domestik Bruto (PDB), neraca perdagangan, pergerakan mata uang, inflasi, suku bunga, dan aspek perekonomian lainnya.
Setelah melihat gambaran besar kondisi di seluruh dunia, analis selanjutnya memeriksa kondisi pasar secara umum untuk mengidentifikasi sektor, industri, atau wilayah yang berkinerja tinggi dalam makroekonomi.
Tujuan dari dua langkah tersebut adalah untuk menemukan sektor industri tertentu yang diperkirakan memiliki kinerja lebih baik di pasar.
Dengan pendekatan ini, investor akan mengalokasikan investasinya pada sektor dengan kinerja ekonomi yang lebih baik daripada bertaruh pada perusahaan tertentu.
Misalnya, jika pertumbuhan ekonomi di Asia lebih baik daripada pertumbuhan domestik di Amerika Serikat, investor mungkin mengalihkan asetnya secara internasional dengan membeli dana yang diperdagangkan pada bursa di kawasan Asia.
2. Metode Bottom Up
Pendekatan bottom up adalah kebalikan dari top down, yaitu memulai analisis dengan mengamati kinerja perusahaan terlebih dulu baru kemudian mengamati makroekonomi.
Investor yang menggunakan pendekatan bottom up biasanya memilih strategi beli dan tahan jangka panjang yang sangat bergantung pada analisis fundamental.
Hal ini karena pendekatan investasi bottom up memberi investor pemahaman mendalam tentang satu perusahaan dan sahamnya, sehingga memberikan wawasan tentang potensi pertumbuhan investasi jangka panjang.
Investor bottom up bisa mencapai kesuksesan terbesar ketika mereka berinvestasi pada perusahaan yang secara aktif mereka gunakan dan ketahui dari tingkat dasar.
Baca juga: 8 Jenis Investasi untuk Anak Muda, Jadi Cuan Sejak Dini!
Tips Memilih Saham untuk Fundamentalis
Jika kamu seorang fundamentalis, atau yang cenderung menggunakan analisis fundamental, tips-tips berikut sangat cocok diterapkan untuk memilih saham yang tepat dan menguntungkan.
1. Amati Kondisi Ekonomi Secara Keseluruhan
Tips pertama adalah mengamati kondisi ekonomi secara keseluruhan. Seperti yang dijelaskan di awal, analisis fundamental dilakukan tidak hanya dengan mengamati performa perusahaan, tetapi juga sektor menimbang sektor makroekonomi.
Dalam mengamati kondisi ekonomi ini, kamu perlu melakukan pemeriksaan terhadap indikator makroekonomi seperti Produk Domestik Bruto (PDB), inflasi, suku bunga, dan tingkat pengangguran.
Dengan menganalisis faktor-faktor ini, kamu bisa mengetahui kesehatan perekonomian secara keseluruhan dan mengidentifikasi sektor-sektor yang kemungkinan besar akan berkinerja baik dalam kondisi perekonomian saat ini.
2. Periksa Tren Industri
Tips selanjutnya adalah mengkaji tren industri. ini melibatkan identifikasi sektor-sektor yang mungkin berkinerja baik dalam kondisi perekonomian saat ini.
Dalam praktiknya, kamu sebagai investor fundamentalis dapat memeriksa tren industri dengan menganalisis data seperti ukuran pasar, tingkat pertumbuhan, dan lanskap persaingan.
Misalnya, jika industri layanan kesehatan berkembang pesat karena populasi yang menua, ini mungkin saat yang tepat untuk berinvestasi pada saham layanan kesehatan.
Demikian pula, jika sektor teknologi mengalami pertumbuhan pesat karena meningkatnya permintaan terhadap layanan digital, mungkin ini saat yang tepat untuk berinvestasi pada saham teknologi.
3. Cek Performa Perusahaan di Industri
Ketika kamu sudah menentukan industri mana yang akan dipilih, langkah selanjutnya adalah memeriksa perusahaan-perusahaan yang bermain di sektor industri tersebut.
Tips ini mengharuskan investor atau analis untuk memeriksa internal perusahaan bidikan, terutama laporan dan rasio keuangannya.
Ada enam rasio keuangan yang perlu diketahui, yaitu:
- Price to Book Value (PBV), yaitu indikator untuk mengetahui seberapa besar pasar dalam mengapresiasi nilai suatu perusahaan dengan harga tertentu.
- Price to Earning Ratio (PER), yaitu indikator untuk mengetahui keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan jika dibandingkan dengan harga sahamnya.
- Earning Per Share (EPS), yaitu indikator yang menunjukkan besaran laba bersih dari suatu perusahaan untuk tiap lembar sahamnya.
- Debt to Equity Ratio (DER), yaitu perhitungan rasio yang didapatkan dengan membandingkan total hutang dengan modal dan sisa laba perusahaan dalam membiayai aset-asetnya.
- Dividend Yield (DY), yaitu indikator yang menunjukkan berapa besaran hasil dividen yang dibagikan oleh perusahaan terhadap tiap lembar sahamnya
- Return on Equity (ROE), bertujuan untuk mengukur seberapa besar kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bersih bagi para investor.
4. Menilai Perusahaan Unggulan
Setelah tips ketiga dilakukan, kamu sebagai investor akan mendapatkan beberapa perusahaan potensial yang bisa dipilih. Nah dalam kondisi ini, tips yang bisa kamu lakukan adalah dengan menentukan nilai pada masing-masing perusahaan potensial.
Dalam menentukan penilaian ini kamu bisa melakukan perbandingan harga saham perusahaan saat ini dengan nilai intrinsiknya.
Selain itu, ada beberapa metode penilaian yang bisa dilakukan, seperti analisis discounted cash flow (DCF), rasio price-to-earnings (P/E), dan price-to-book (P/B), untuk menentukan nilai intrinsik suatu perusahaan.
Jika harga saham perusahaan saat ini berada di bawah nilai intrinsiknya, hal ini mungkin merupakan peluang investasi yang baik.
Namun sebaliknya, jika harga saham berada di atas nilai intrinsiknya, perusahaan mungkin dinilai terlalu tinggi, dan kamu bisa mempertimbangkan peluang investasi lain.
Selain empat tips di atas, kamu sebagai fundamentalis juga bisa menerapkan tips lain dalam memilih saham, yaitu:
Adapun beberapa tips memilih saham melalui analisis fundamental adalah sebagai berikut.
- Angka PBV yang lebih rendah.
- Angka EPS yang lebih besar.
- Angka ROE minimal 10%, lebih besar lebih baik. Khusus untuk sektor perbankan, akan semakin baik apabila kamu memilih saham dengan ROE yang lebih tinggi dari ROA-nya.
- Angka PER yang lebih kecil, dengan maksimal angka sebesar 15x.
- Angka ROA yang lebih besar.
- Angka DY yang bertumbuh dari tahun ke tahun, dengan minimal 3% (growing year to year).
- Angka NPM (Net Profit Margin) yang lebih besar.
- Angka DER yang lebih kecil dan berada di bawah 100% atau di bawah angka NPM-nya.
- Angka Cash Ratio yang tidak terlalu besar, namun tidak terlalu kecil.
- Quick Ratio dan Current Ratio yang lebih besar.
Itulah uraian mengenai tips dalam memilih saham untuk para fundamentalis. Jika ingin penjelasan yang lebih lengkap, kamu bisa mengikuti Kelas meNyala dengan tema ‘Cara Jitu Pilih Saham untuk Para Fundamentalis’.
Kelas ini diselenggarakan secara offline di OCBC Space Hall B, Lt. 3, BSD, pada Kamis, 6 Juni 2024 pukul 14.00 - 15.30 WIB. Ada dua pemateri yang akan mengampu kelas, yaitu Rivan Kurniawan (Indonesia Value Investor) dan Kevin Jonathan (Equity Research Analyst OCBC Sekuritas).
Sampai bertemu di kelas meNyala ya?
Baca juga: 7 Cara Nabung Saham Untuk Investor Pemula, Yuk Simak!