Logo Ruang Menyal
Bg Block

Take Home Pay: Pengertian, Cara Menghitung, Contoh, dan Tips

Oleh: ruangmenyala

Last updated: 04 April 2024 | 26466 dilihat

Article Detail

Take home pay adalah gaji bersih yang diterima karyawan setelah dipotong pajak, iuran, dan biaya lainnya. Memahami cara menghitung dan estimasi jumlah take home pay adalah kunci untuk mengelola keuangan dan stabilitas per bulannya.

Lantas, bagaimana cara menghitung take home pay? Yuk simak penjelasan lengkapnya di artikel berikut ini!

Pengertian Take Home Pay (THP)

Penghasilan bersih atau take home pay adalah total gaji yang diterima oleh pekerja setelah dikurangi kewajiban perusahaan seperti pajak atau asuransi dan tunjangan. Jika dilihat di slip gaji, maka akan terlihat pemotongan dari gaji kotor (gross salary)

Sisa gaji setelah pemotongan inilah yang disebut sebagai take home pay atau gaji bersih. Beberapa komponen yang memengaruhi besarnya take home pay adalah:

  • Gaji pokok.
  • Tunjangan tetap dan tidak tetap.
  • Bonus.
  • Uang lembur.
  • Pajak Penghasilan (PPh 21).
  • Iuran BPJS Kesehatan.
  • Iuran BPJS Ketenagakerjaan.
  • Potongan lainnya seperti asuransi kesehatan atau biaya lain yang disepakati antara pekerja dengan perusahaan.

Perbedaan Take Home Pay dan Gaji Pokok

Di dunia kerja, kamu perlu memahami apa perbedaan take home pay dan gaji pokok. Meski istilahnya tidak asing di telinga, namun masih banyak yang menyalahartikan take home pay sebagai gaji pokok.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, take home pay adalah penghasilan bulanan yang terdiri dari gaji pokok, tunjangan tetap dan tidak tetap, bonus, dan uang lembur, namun telah dikurangi dengan potongan wajib seperti PPh 21 dan iuran-iuran lainnya.

Nominal take home pay pun dapat berbeda-beda di setiap bulannya karena dipengaruhi oleh pendapatan insidentil (pendapatan tambahan yang bersifat tidak tetap), seperti bonus karena telah mencapai KPI, uang lembur, dan tunjangan tidak tetap lainnya.

Sementara itu, gaji pokok adalah jumlah dasar yang harus dibayar perusahaan tanpa tambahan tunjangan atau dikurangi potongan. Nominalnya akan sama setiap bulannya kecuali karyawan memperoleh promosi atau hal lainnya sehingga terjadi kenaikan gaji.

Adapun minimum gaji pokok telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan yang menyatakan bahwa besarnya gaji pokok paling sedikit 75% dari jumlah gaji pokok dan tunjangan tetap.

Baca juga: 10+ Pekerjaan dengan Gaji Tinggi untuk Wanita, Cek di Sini!

Cara Menghitung Take Home Pay

Besar kecilnya take home pay dipengaruhi oleh beberapa komponen seperti gaji pokok, tunjangan, serta sejumlah pemotongan lainnya. Terdapat dua pilihan cara menghitung take home pay, yaitu:

  1. Take home pay = (Gaji pokok + Pendapatan insidentil) - (Komponen Pemotong gaji)
  2. Take home pay = Penghasilan kotor - (Potongan wajib + Potongan lainnya)

Menghitung take home pay penting untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai berapa jumlah gaji bersih yang diterima setiap bulannya setelah dikurangi tunjangan dan kewajiban.

Dengan memahami cara perhitungan tersebut, kamu dapat membuat anggaran pengeluaran bulanan yang sesuai dengan pendapatan bersih atau take home pay. Tentunya ini akan memudahkan pengelolaan keuangan dengan lebih efektif dan mencegah terjadinya masalah finansial.

Contoh Perhitungan Take Home Pay

Seorang karyawan bernama Toni bekerja di sebuah perusahaan swasta. Berdasarkan kontrak kerjanya, Toni mendapatkan:

  • Gaji pokok: Rp4.500.000
  • Tunjangan transportasi: Rp500.000

Sementara itu, di bulan ini Toni sempat diharuskan untuk lembur dan berhasil melampaui target bulanan. Sehingga, ia pun memperoleh pendapatan insidentil berupa:

  • Uang lembur: Rp150.000
  • Bonus kinerja : Rp650.000

Adapun pemotongan yang berlaku:

  • PPh 21: - (tidak termasuk penghasilan yang dikenakan pajak
  • Iuran BPJS Kesehatan: 1% dari gaji pokok dan tunjangan tetap
  • Iuran BPJS Ketenagakerjaan: 2% dari gaji pokok dan tunjangan tetap
  • Iuran asuransi kesehatan karyawan: Rp200.000

Maka, besaran take home pay adalah:

Take home pay = (Gaji pokok + Pendapatan insidentil) - (Komponen Pemotong gaji)

= (4.500.000 + 800.000) - (50.000 + 100.000 + 200.000)

= 5.300.000 - 350.000

= Rp4.950.000

Berdasarkan contoh kasus di atas, besaran take home pay yang diterima oleh Toni setiap bulannya adalah Rp4.950.000 termasuk tunjangan dan setelah dipotong kewajiban bulanan. Perlu dicatat bahwa perhitungan ini bisa berbeda dan lebih kompleks tergantung pada kebijakan perusahaan dan komponen gaji dan tunjangan lainnya.

Baca juga: Apa itu Gaji Nett? Simak Bedanya dengan Gross & Gross Up!

Tips Mengelola THP agar Finansial Tetap Aman

Setelah memahami apa itu take home pay dan bagaimana cara menghitungnya, hal berikutnya yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mengelola pendapatan bersih tersebut dengan bijak. Adapun tips mengelola take home pay agar finansial tetap aman adalah:

1. Menabung atau Investasi

Langkah yang tak boleh dilewatkan saat mengelola take home pay adalah menyisihkan sebagian uang untuk ditabung atau investasi sebelum digunakan untuk pengeluaran lainnya. 

Menabung atau berinvestasi sejak dini dengan memisahkan sebagian gaji bulanan sangat penting dilakukan sebagai persiapan finansial di masa depan. Adapun hal ini sebaiknya dilakukan secara rutin setiap awal bulan.

Untuk nominal yang harus ditabung sebetulnya dapat kamu sesuaikan sendiri sesuai kondisi keuangan. Namun, jika masih bingung, kamu mungkin tertarik untuk mencoba metode 50/30/20 yang membantumu dalam menyisihkan uang untuk tabungan, kebutuhan pokok, dan keinginan.

2. Prioritaskan Kebutuhan

Tips mengelola take home pay selanjutnya yakni membuat perencanaan anggaran dengan memprioritaskan kebutuhan pokok, sekunder, kemudian baru keinginan. Tetapkan batas pengeluaran dan patuhi batas anggaran tersebut dengan disiplin.

Dengan demikian, penggunaan gaji bersih menjadi lebih terarah dan mencegah defisit atau pemborosan meskipun pendapatan terbatas.

3. Hindari Utang Konsumtif

Hindari utang konsumtif seperti penggunaan pinjaman online yang dapat memberatkan take home pay. Lalu, bagaimana dengan utang yang diajukan lewat kartu kredit?

Sebenarnya sah-sah saja menggunakan kartu kredit, selama kamu menggunakannya secara bijak seperti dimanfaatkan untuk utang produktif dan memastikan pembayaran tagihannya selalu tepat waktu.

4. Manfaatkan Promo atau Diskon

Tips selanjutnya dalam mengelola take home pay adalah dengan memanfaatkan promo belanja diskon atau beli barang secara grosir untuk mendapatkan harga lebih murah. Selalu bandingkan harga sebelum membeli agar pengeluaran lebih efisien.

5. Tetapkan Tujuan Keuangan

Terakhir, agar pengelolaan take home pay lebih terarah kamu bisa menetapkan tujuan keuangan. Kamu bisa menargetkan tujuan finansial jangka panjang dan pendek, seperti membeli rumah, kendaraan, ataupun liburan. Dengan adanya tujuan finansial bisa meningkatkan motivasi menabung dan menginvestasikan uang dengan lebih terarah.

Itu dia penjelasan lengkap mengenai take home pay beserta cara menghitungnya. Selain memahami konsep take home pay, memantau kondisi keuangan juga penting dilakukan untuk mengetahui kesehatan finansialmu.

Berkenaan dengan itu, kamu bisa memeriksa kondisi kesehatan keuanganmu lewat Financial Fitness Check Up dari Ruang meNYALA. Hanya dalam 3 menit, kamu sudah bisa mengetahui kondisi keuangan secara menyeluruh.

Setelahnya, hasil check up tersebut bisa langsung kamu konsultasikan secara 1 on 1 dengan Nyala Trainer untuk menemukan solusi tepat dalam mengelola keuangan agar finansial tetap sehat.

Jadi, tunggu apalagi? Segera atur keuanganmu dan capai #FinanciallyFit bersama Ruang meNYALA!

Baca juga: 10+ Cara Mengatur Keuangan Pribadi dengan Gaji Kecil, Mudah!


undefined Komentar

Max. 0/120 karakter

Konten Lainnya