Dalam dunia bisnis, retensi adalah praktik yang sering digunakan untuk mempertahankan pelanggan dan karyawan. Tujuan utama praktik ini adalah untuk meningkatkan pendapatan jangka panjang melalui kesetiaan pelanggan dan menghindari turnover karyawan.
Retensi melibatkan upaya yang bisa memperkuat ikatan antara perusahaan, pelanggan, dan karyawan. Contoh retensi adalah memberikan layanan berkualitas serta menciptakan lingkungan kerja sehat.
Jika suatu perusahaan gagal melakukan retensi, maka dapat menimbulkan dampak negatif, seperti reputasi yang menurun dan meningkatnya risiko finansial. Jadi, yuk simak dulu uraian lengkap terkait retensi dalam dunia bisnis di bawah ini supaya kamu lebih paham!
Apa itu Retensi?
Istilah “retensi” sering kali digunakan untuk berbagai macam aspek. Namun secara garis besar, pengertian retensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah penyimpanan atau penahanan.
Dalam aspek bisnis, retensi adalah upaya perusahaan untuk mempertahankan loyalitas pelanggan dan karyawan dalam jangka panjang. Dengan demikian, retensi adalah kunci untuk menciptakan stabilitas dan pertumbuhan yang berkelanjutan bagi perusahaan.
Manfaat Retensi
Manfaat utama retensi dalam aspek bisnis melibatkan keuntungan-keuntungan yang dapat berkontribusi untuk kelancaran usaha. Selengkapnya, beberapa manfaat retensi adalah sebagai berikut:
1. Mempertahankan Loyalitas Pelanggan dan Karyawan
Manfaat retensi adalah mempertahankan loyalitas pelanggan dan karyawan. Dengan mempertahankan karyawan yang berpengalaman, perusahaan dapat mengurangi tingkat turnover. Sementara itu, pelanggan yang terhubung secara emosional, cenderung setia sehingga dapat membantu meningkatkan pendapatan perusahaan.
2. Menghemat Anggaran Keuangan
Selanjutnya, manfaat retensi adalah menghemat anggaran keuangan secara signifikan. Hal ini dikarenakan perusahaan dapat mengurangi beberapa anggaran, seperti perekrutan karyawan, biaya pemasaran, dan akuisisi pelanggan baru.
3. Meningkatkan Produktivitas
Retensi dapat meningkatkan produktivitas perusahaan karena karyawan yang berpengalaman, cenderung memiliki pemahaman mendalam terkait proses bisnis dan tugasnya, sehingga bisa bekerja lebih efisien.
Selain kualitas karyawan, kerja sama tim yang solid dapat memperkuat kolaborasi, komunikasi, dan koordinasi sehingga berkontribusi pada peningkatan produktivitas perusahaan.
Baca juga: Guerilla Marketing: Definisi, Manfaat, Cara, Jenis & Contoh
4. Mendorong Reputasi dan Pendapatan Bisnis
Brand awareness dan reputasi bisnis dapat meningkat berkat testimoni positif dari pelanggan. Selain itu, kepuasan pelanggan juga dapat menarik orang lain untuk membeli produk atau layanan perusahaan sehingga berdampak positif terhadap pendapatan.
Contoh Retensi Karyawan & Pelanggan
Meskipun sama-sama bertujuan untuk mempertahankan, upaya retensi yang diterapkan terhadap karyawan dan pelanggan memiliki perbedaan signifikan. Adapun perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
Contoh Retensi Karyawan
Retensi terhadap karyawan melibatkan upaya-upaya yang dapat mempertahankan keberadaan sekaligus kinerjanya di perusahaan. Beberapa contoh retensi karyawan di antaranya, yaitu:
- Mengadakan kegiatan onboarding untuk mengenalkan perusahaan, mulai dari budaya, produk, layanan, dan pelatihan.
- Memberikan ruang bagi karyawan untuk berkreasi dan berinovasi agar bisa berkembang selama bekerja.
- Bersikap terbuka terhadap karyawan untuk meningkatkan kepercayaan terhadap perusahaan.
- Memberikan kompensasi dan tunjangan, seperti bonus, asuransi kesehatan, dan jaminan dana pensiun.
- Menciptakan lingkungan yang mendukung keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesionalitas, seperti jam kerja fleksibel dan pemberian jatah cuti.
- Memberikan tugas atau proyek yang menantang untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan.
Contoh Retensi Pelanggan
Sementara itu, upaya retensi pada pelanggan lebih berfokus untuk membuat pelanggan merasa dihargai sehingga tetap loyal dalam menggunakan produk atau layanan perusahaan. Beberapa contoh retensi pelanggan adalah:
- Membuat program loyalitas dengan keuntungan, seperti diskon atau voucher.
- Memberikan penawaran eksklusif bagi pelanggan yang sudah lama belanja di perusahaan.
- Memberikan reward bagi pelanggan yang mencapai tingkat transaksi tertentu atau baru pertama kali belanja di brand tersebut.
- Mengirimkan informasi terbaru terkait produk dan layanan melalui email, SMS, atau media sosial untuk menjaga komunikasi.
- Memberikan pelayanan yang responsif, ramah, dan efisien.
- Menjamin kualitas produk dan layanan tetap terjaga dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
Baca juga: 7 Tujuan Manajemen Keuangan bagi Perusahaan, Ini Prinsipnya!
Apa Itu Biaya Retensi?
Biaya retensi adalah pengeluaran perusahaan untuk mempertahankan pelanggan agar tidak beralih ke pesaing. Adapun komponennya yaitu pengeluaran untuk program loyalitas, diskon, reward, kampanye, referral, peningkatan pelayanan, dan pelatihan karyawan.
Untuk mengevaluasi efektivitas strategi dalam jangka waktu tertentu, seperti bulanan, kuartal, dan tahunan, kamu bisa menghitung rata-rata biaya terkait retensi per pelanggan. Adapun rumusnya yaitu:
Rata-Rata Biaya Retensi = Total Pengeluaran : Jumlah Pelanggan yang Aktif
Misalnya, di bulan ini, kamu telah melakukan pengeluaran sebesar Rp50.000.000 untuk retensi pelanggan. Sementara itu, perusahaan memiliki pelanggan aktif sebanyak 250 orang. Maka, rata-rata biaya retensi per pelanggan adalah:
Rata-Rata Biaya Retensi = Total Pengeluaran : Jumlah Pelanggan yang Aktif
Rata-Rata Biaya Retensi = Rp50.000.000 : 250
Rata-Rata Biaya Retensi = Rp200.000
Dapat disimpulkan, bahwa pada bulan ini, rata-rata biaya terkait retensi adalah Rp200.000/pelanggan. Apabila hasil tersebut tidak sebanding dengan pengeluaran dan pendapatan, maka kamu bisa mengatur ulang strategi retensi.
Tips Keuangan untuk Meningkatkan Efisiensi Biaya Retensi
Secara umum, tidak ada standar pasti untuk menilai apakah biaya terkait retensi pelanggan dianggap baik atau tidak. Namun, kamu bisa mengupayakan beberapa hal untuk pengurangan biaya. Beberapa upaya mengefisienkan biaya terkait retensi adalah:
Membuat Anggaran Keuangan dengan Cermat
Pertama, upaya untuk meminimalkan biaya retensi adalah dengan membuat anggaran keuangan yang terperinci. Hal ini dapat membantu perusahaan untuk mengidentifikasi area pengeluaran yang perlu dioptimalkan serta menghindari pemborosan.
Mempertimbangkan Kerja Sama dengan Mitra Lain
Cara mengefisienkan biaya retensi adalah mempertimbangkan kerja sama dengan mitra. Selain pembagian biaya, kerja sama ini juga memberikan peluang untuk akses sumber daya tambahan dan penawaran yang lebih menarik bagi pelanggan.
Mengatur Strategi Harga dengan Tepat
Menyesuaikan harga dengan preferensi pelanggan termasuk langkah cerdas untuk meminimalkan biaya retensi. Apapun strategi penetapan harga yang dipilih, pastikan untuk tetap transparan dan dikomunikasikan dengan baik agar pelanggan bisa mudah menerima.
Selain mempelajari strategi retensi yang tepat, kamu juga harus memeriksa kondisi keuangan bisnis secara rutin dengan Business Fitness Check Up. Ada juga layanan lainnya yang serupa yaitu Financial Fitness Check Up, di mana kamu bisa memeriksa kesehatan keuangan pribadi. Kedua layanan tersebut dapat memeriksa kondisi keuangan dengan cepat hanya dalam waktu 3 menit saja. Ayo daftar sekarang supaya bisa menjadi #FinanciallyFit!
Baca juga: OKR (Objective Key Result): Pengertian, Contoh, & Cara Membuat