Logo Ruang Menyal
Bg Block

Inflasi vs Deflasi: Apa Bedanya dan Bagaimana Dampaknya pada Ekonomi?

Oleh: Ruang Menyala

Last updated: 02 Oktober 2024 | 1264 dilihat

Article Detail

Pahami perbedaan inflasi dan deflasi serta dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari. Tips menghadapi kondisi inflasi dan deflasi. 

Dalam konsep ekonomi, kamu pasti akan menemukan dua istilah yaitu inflasi dan deflasi. Keduanya merupakan fenomena ekonomi yang selalu terjadi dalam suatu negara. 

Inflasi dan deflasi menggambarkan situasi perekonomian negara. Meski saling berlawanan, tetapi inflasi dan deflasi bisa menjadi indikator kondisi ekonomi yang tidak baik. 

Pengertian Inflasi dan Deflasi

Inflasi adalah suatu kondisi ketika terjadi kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus dalam jangka waktu tertentu. 

Akibat dari inflasi adalah penurunan daya beli masyarakat. Selain itu inflasi juga menurunkan nilai uang, yang berarti jumlah uang yang sama tidak dapat membeli barang atau jasa sebanyak sebelumnya.

Inflasi terjadi karena beberapa sebab. Pertama, tingginya permintaan terhadap barang dan jasa yang melebihi kapasitas produksi atau demand-pull inflation. 

Penyebab kedua, kenaikan biaya produksi atau cost-push inflation. Kondisi ini terjadi ketika biaya bahan baku dan upah mengalami kenaikan, sehingga produsen mau tidak mau harus menaikkan harga barang dan jasa untuk menutupi biaya produksi.

Baca juga: Waspada Inflasi Biaya Pendidikan, Persiapkan dari Sekarang!

Berikutnya adalah ekspektasi inflasi, yaitu ketika masyarakat atau pelaku bisnis mengantisipasi potensi kenaikan harga di masa depan, dengan menaikkan harga lebih cepat. 

Deflasi adalah kebalikan dari inflasi. Kondisi ini terjadi ketika  harga barang dan jasa secara umum mengalami penurunan dalam jangka waktu tertentu. 

Kondisi deflasi ini membuat nilai uang meningkat, sehingga uang yang dimiliki bisa membeli lebih banyak barang dan jasa dibanding sebelumnya. 

Sekilas deflasi memang tampak lebih baik, tetapi deflasi tidak bisa dibiarkan terjadi terus-menerus. Pasalnya, deflasi yang berkelanjutan akan membuat pertumbuhan ekonomi menurun, dan berujung pada resesi.

Sama seperti inflasi, deflasi terjadi akibat beberapa sebab. Pertama, permintaan konsumen terhadap barang dan jasa mengalami penurunan signifikan. Hal ini membuat produsen harus menurunkan harga untuk menarik pembeli. 

Kedua, deflasi terjadi ketika penawaran berlebihan, yaitu jumlah produksi barang lebih banyak dari permintaan, produsen akan menurunkan harga agar produk mereka bisa terjual.

Perbedaan Inflasi dan Deflasi

Dari pengertian di atas, sebenarnya sudah bisa disimpulkan adanya perbedaan signifikan antara inflasi dan deflasi. Berikut ini rincian singkatnya. 

1. Harga Barang dan Jasa

Inflasi membuat harga barang dan jasa mengalami kenaikan. Akibatnya, konsumen harus membayar lebih untuk membeli produk yang sama dibanding waktu sebelumnya. 

Sementara saat deflasi, harga barang dan jasa mengalami penurunan, sehingga konsumen bisa membeli lebih banyak barang dengan jumlah uang yang sama.

2. Daya Beli Uan

Saat inflasi, daya beli uang mengalami penurunan karena jumlah uang yang sama hanya bisa membeli lebih sedikit barang dan jasa.

Baca juga: Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak saat Inflasi Tinggi

Sementara saat deflasi, daya beli uang meningkat karena jumlah uang yang sama bisa membeli lebih banyak barang dan jasa.

3. Dampak Ekonomi

Inflasi pada tingkat moderat, bisa mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun, inflasi yang terlalu tinggi bisa mengurangi daya beli konsumen, meningkatkan biaya hidup, dan memicu ketidakstabilan ekonomi.

Sementara deflasi bisa mendorong konsumen untuk menunda pembelian karena mereka mengharapkan harga akan terus turun. 

Hal ini bisa memperlambat aktivitas ekonomi, mengurangi keuntungan perusahaan, dan meningkatkan pengangguran.

4. Dampak pada Utang

Inflasi menguntungkan bagi peminjam karena nilai uang menurun, sehingga utang yang harus dibayar nilainya lebih kecil dalam hal daya beli. 

Sementara deflasi merugikan peminjam karena nilai riil utang meningkat, membuat pembayaran utang menjadi lebih mahal.

5. Persepsi dalam Ekonomi

Inflasi sering dipandang sebagai hal wajar dalam ekonomi yang tumbuh, tetapi perlu dikendalikan agar tidak terlalu tinggi.

Sementara deflasi, umumnya dianggap lebih berbahaya karena bisa menandakan adanya krisis ekonomi, stagnasi, atau depresi.

Tips Keuangan Menghadapi Inflasi dan Deflasi

Meski berbeda, inflasi dan deflasi sama-sama mengindikasikan kondisi ekonomi yang tidak stabil. Untuk itu, perlu perencanaan dan pengelolaan keuangan yang baik untuk mengantisipasinya. 

Berikut ini beberapa tips keuangan yang bisa kamu terapkan saat inflasi atau deflasi. 

Baca Juga:  Apakah Investasi Tanah Menguntungkan saat Inflasi?

1. Diversifikasi Investasi

Dalam menghadapi inflasi dan deflasi, diversifikasi aset sangat penting. Dengan menempatkan dana pada berbagai jenis investasi seperti saham, obligasi, emas, atau properti, kamu bisa melindungi aset dari fluktuasi ekonomi. 

Saat inflasi, aset seperti emas dan properti cenderung mempertahankan nilainya. Sebaliknya, ketika deflasi, obligasi pemerintah yang aman bisa lebih menguntungkan karena harganya bisa naik. 

Menentukan investasi yang tepat merupakan bagian dari strategi sukses berinvestasi. Bagian dari strategi lainnya adalah menyesuaikan investasi dengan profil risiko masing-masing. 

Profil risiko investasi adalah indikator untuk mengetahui tingkat toleransi individu terhadap suatu risiko. Salah satunya yaitu potensi mengalami kerugian akibat adanya fluktuasi instrumen saham pada pasar modal.

Untuk lebih mudahnya, kamu bisa berinvestasi melalui platform aplikasi OCBC Mobile. Di sana ada banyak pilihan produk investasi, seperti Tabungan Emas, Obligasi Deposito, hingga Reksa Dana. 

Menariknya lagi, investasi di OCBC Mobile juga dilengkapi dengan survei profil risiko. Artinya, kamu bisa mengetahui profil risiko sebelum berinvestasi, dan mendapat saran produk yang sesuai dengan profil risiko tersebut. 

2. Mengatur Anggaran Secara Ketat

Untuk menghadapi inflasi, fokuslah pada pengendalian pengeluaran. Prioritaskan kebutuhan pokok seperti makanan, transportasi, dan tempat tinggal. Ketika harga barang naik, pengeluaran yang tidak esensial harus dikurangi. 

Sebaliknya, dalam situasi deflasi, waspada dengan penurunan harga yang bisa memicu penundaan konsumsi. Mengatur anggaran dengan cermat dan disiplin dalam pengeluaran adalah kunci untuk menjaga stabilitas finansial.

3. Punya Dana Darurat

Baik inflasi maupun deflasi dapat menciptakan ketidakpastian ekonomi. Memiliki dana darurat yang cukup akan membantumu menghadapi berbagai situasi ekonomi tanpa harus berutang. 

Saat inflasi, harga kebutuhan bisa melonjak, sehingga dana darurat membantu kamu tetap bisa bertahan tanpa merusak rencana keuangan. Pada saat deflasi, dana ini bisa melindungi jika terjadi penurunan pendapatan atau PHK.

4. Hindari Utang Berbunga Tinggi

Pada masa inflasi, suku bunga cenderung naik, sehingga utang dengan bunga tinggi, seperti kartu kredit, bisa menjadi beban besar. Sebaiknya hindari utang berbunga tinggi, atau jika sudah memiliki utang, fokuslah pada melunasinya. 

Di sisi lain, dalam situasi deflasi, nilai riil utang akan meningkat, membuat utang lebih mahal untuk dilunasi. Oleh karena itu, menjaga kewajiban utang tetap rendah atau melunasi utang lebih awal sangat penting.

Itulah ulasan mengenai pengertian inflasi dan deflasi, serta bagaimana mengantisipasinya agar keuangan dan finansial selalu dalam kondisi sehat. 

Saat ini, kamu bisa cek kondisi finansial dengan mengikuti Financial Fitness Check Up dari Ruang meNYALA. 

Setelah melakukan Financial Fitness check up, kamu juga bisa langsung konsultasi hasil Financial Fitness Check Up dengan Nyala Trainer loh! 

Dengan Nyala Trainer yang sudah berpengalaman, kamu akan mendapatkan sesi konsultasi 1 on 1 untuk membantu dalam menganalisa kesehatan keuangan.

Caranya pun mudah, kamu hanya perlu menentukan jadwal yang diinginkan, lalu pilih Nyala Trainer. Tunggu saja hari konsultasinya tiba.

Baca juga: Inflasi Naik, Simak Tips Beli Rumah ala Ruang Menyala


undefined Komentar

Max. 0/120 karakter

Konten Lainnya