Apakah kamu baru memulai bisnis makanan atau minuman dan sedang mencari investor? Jika demikian, ketahui dulu bagaimana cara menghitung bagi hasil usaha kuliner.
Hal ini penting karena tanpa sistem bagi hasil usaha kuliner yang jelas dan menguntungkan, pemodal atau investor tidak akan bersedia memberikan modalnya.
Dengan mempelajarinya, kamu proses kerjasama dengan pemodal kedepannya akan terbebas dari masalah yang menyangkut keuangan.
Apa itu Sistem Bagi Hasil?
Sistem bagi hasil adalah sebuah perjanjian antara dua pihak atau lebih, yaitu pengelola usaha dana investor yang tujuannya adalah untuk membagi keuntungan atau laba.
Kerja sama ini dilakukan dengan menggunakan kontrak bagi hasil yang disetujui kedua belah pihak. Di dalamnya, dijelaskan seperti apa tata cara pembagian beserta jumlahnya.
Rasio dalam penghitungan ini digunakan untuk menentukan seberapa besar porsi penerimaan keuntungan.
Di samping membahas keuntungan, kontrak bagi hasil juga membahas masalah kerugian.
Artinya, kerugian harus dibagi atau ditanggung bersama-sama oleh semua pihak dengan jumlah pembagian sesuai kesepakatan.
Dengan demikian, sistem bagi hasil adalah kontrak pembagian untung rugi yang sudah disepakati bersama.
Jenis Sistem Bagi Hasil Usaha Kuliner
Setelah mengetahui pengertian sistem bagi hasil usaha, kamu mungkin ingin tahu berapa banyak jenis atau metodenya.
Berikut ini adalah beberapa jenis sistem bagi hasil usaha kuliner yang bisa diterapkan sesuai kebutuhan dan kesepakatan dengan mitra bisnis:
1. Revenue Sharing
Sistem bagi hasil usaha kuliner yang pertama adalah revenue sharing, yaitu jenis yang umumnya diterapkan pada sistem perbankan.
Perhitungan revenue sharing adalah berdasarkan total pendapatan pengelolaan yang belum dikurangi dengan beban operasional dan komisi.
Kamu mungkin akan menggunakan sistem ini pada lembaga perbankan syariah yang didasarkan pada akad di antara kedua belah pihak.
Baca juga: 4 Tahap Sukses Membuat Bisnis Autopilot yang Menguntungkan
2. Gross Profit Sharing
Selanjutnya ada gross profit sharing, yaitu pembagian hasil keuntungan yang didasarkan pada pendapatan kotor.
Maksudnya adalah total pendapatan yang hanya dikurangi dengan HPP atau harga pokok penjualan saja.
Perhitungan gross profit sharing tidak dikurangi dengan biaya pemasaran, administrasi, pajak, dan lainnya.
3. Profit Sharing
Terakhir ada profit sharing, yaitu sistem bagi hasil yang keuntungannya dihitung berdasarkan jumlah profit yang sudah dikurangi dengan biaya operasional.
Dengan demikian, hasil yang dibagikan adalah keuntungan atau laba bersih perusahaan.
Cara Menghitung Bagi Hasil Usaha Kuliner
Adapun cara menghitung bagi hasil usaha kuliner adalah sebagai berikut.
1. Hanya Pemodal
Cara menghitung bagi hasil usaha kuliner yang pertama adalah apabila pihak yang memberikan modal hanya berperan sebagai investor saja, bukan pengelola.
Pemberi modal pada sistem bagi hasil ini memiliki peran sebagai investor yang mempunyai sebagian saham restoran atau brand makanan.
Sistem bagi hasil ini membuat pihak pemilik modal tidak perlu mengelola perusahaan secara langsung.
Tugas ini dimiliki oleh pihak yang mengelola usaha. Hasil profit akan dibagikan atas dasar persentase kepemilikan saham bisnis kuliner.
Biasanya jumlah pembagian saham ini ditentukan di awal saat mendirikan bisnis kuliner. Pemilik modal dengan persentase saham terbesar bisa mendapatkan hasil yang paling banyak.
Bagi pihak pengelola bisnis, keuntungan mereka adalah gaji bulanan dari pekerjaannya dan dividen sebesar persentase yang dimiliki.
2. Pemodal Sekaligus Pengelola
Cara menghitung bagi hasil usaha kuliner selanjutnya adalah sekiranya pemodal juga ikut menjadi rekan kerja yang mengelola restoran atau bisnis kuliner lainnya.
Jika kamu menggunakan jenis kerja sama ini, pihak investor juga akan menerima penghasilan dalam bentuk gaji atas kontribusi pekerjaannya selain dividen.
Baca juga: Inspirasi Membuka Bisnis dengan Modal Kecil
Investor akan mendapatkan dividen atas sebagian saham mereka dan gaji yang diberikan karena ikut mengelola operasional restoran.
Investor akan menerima gaji sebulan sekali sebagaimana karyawan lain. Untuk dividen, ia hanya akan menerimanya setiap satu kali dalam setahun.
Contoh cara menghitung bagi hasil usaha kuliner pada pemodal sekaligus pengelola adalah sebagai berikut:
Budi memiliki saham sebesar 20% pada bisnis oleh-oleh khas Depok. Ia juga berperan sebagai COO (Chief Operating Officer) dan mendapatkan gaji sebesar Rp15.000.000 per bulan.
Pada akhir tahun, perusahaan membagikan dividen ke pemegang saham sebesar Rp1.000.000.000. Artinya, Budi akan menerima dividen sebesar Rp200.000.000.
3. Pemodal Berupa Utang
Cara menghitung bagi hasil usaha kuliner yang terakhir adalah pada sistem permodalan dalam bentuk utang.
Pemodal akan memberikan utang sebagai modal untuk usaha. Konsep dari kerja sama ini adalah seperti pinjaman bank untuk perusahaan.
Walaupun pada kasus ini pemodal juga menanamkan uang, ia tidak mendapat saham perusahaan sehingga tidak mendapatkan dividen.
Meski demikian, pengelola usaha perlu membayar utang sesuai dengan batas waktu yang ditentukan.
Oleh sebab itu, pemodal tidak akan keuntungan atau kerugian perusahaanmu. Mereka akan tetap menagih pembayaran kewajiban.
Baca juga: 5 Tips Manajemen Usaha Untuk Kembangkan Bisnis, Wajib Tahu!
Tips Membangun Sistem Bagi Hasil Usaha Kuliner
Sebelumnya, kita telah mempelajari bagaimana cara menghitung bagi hasil usaha kuliner.
Nah, kini kamu juga perlu tahu beberapa tips menerapkan kerja sama bagi hasil supaya bisa berjalan dengan lancar.
Apa saja tips? Simak daftar berikut ini, ya.
1. Perjanjian Tertulis
Supaya cara menghitung bagi hasil usaha kuliner bisa berjalan efektif, dibutuhkan peran dari perjanjian tertulis yang sangat krusial.
Perjanjian ini akan memberikan penjelasan mengenai bentuk kerja sama yang terjalin.
Tidak hanya itu, isi perjanjian juga harus menjelaskan seberapa besar pembagian porsi sesuai kepemilikan saham dan disetujui bersama sebagai tanda bukti yang sah.
2. Pembukuan Bisnis Jelas
Dalam proses kerja sama, perlu ada sistem pembukuan bisnis yang akurat dan jelas. Gunakan aplikasi jika kamu merasa sulit untuk mencatat arus kas.
Sebab, sistem pembukuan akan menjelaskan cash flow bisnis menjadi lebih mudah untuk dilacak dan dievaluasi sekiranya pembagian hasil tidak sesuai harapan.
3. Tentukan Target
Tentukan target di setiap periode tertentu supaya pembagian hasil bisa ditentukan dengan jelas antara kamu dan rekan kerja dalam bisnis tersebut.
Sekiranya profit tidak sesuai dengan target yang ditentukan, sistem pembagian hasil bisa didiskusikan terlebih dahulu demi mendapatkan keputusan terbaik.
Bisnis juga perlu dievaluasi sekiranya target tersebut sulit atau bahkan tidak pernah tercapai secara terus-menerus.
Demikianlah panduan bagaimana cara menghitung bagi hasil usaha kuliner yang bisa kamu terapkan untuk bisnismu.
Berdasarkan penjelasan diatas, terdapat tiga sistem bagi hasil usaha kuliner yang bisa kamu tentukan sesuai kesepakatan dengan investor.
Pilihlah sistem bagi hasil usaha kuliner yang paling menguntungkan bagi kamu dan juga pemodal sebagai bagian dari rencana keuangan bisnismu.
Semoga artikel ini dapat memberikan pengetahuan baru untukmu ya. Mau belajar lebih banyak seputar keuangan? Yuk, kunjungi Kelas Finansial dari Ruang Menyala.
Baca juga: Cara Memasarkan Produk Bisnis Secara Online