Logo Ruang Menyal
Bg Block

Fenomena Kelas Menengah Makan Tabungan, Apa yang Perlu Dilakukan?

Oleh: Ruang Menyala

Last updated: 16 September 2024 | 591 dilihat

Article Detail

Kelas menengah turun kasta di Indonesia mencapai 9,87 juta dalam waktu 5 tahun. Bahkan mereka harus makan dari tabungan karena kondisi ini. Apakah kamu termasuk?

Badan Pusat Statistik (BPS) pada akhir Agustus kemarin mengungkap data kondisi perekonomian masyarakat Indonesia. Fakta yang cukup mencengangkan adalah kelompok kelas menengah di Indonesia mengalami penurunan. 

Berdasarkan data BPS, kelas menengah di Indonesia turun hampir 500 ribu orang, dalam satu tahun, yaitu dari 48,27 juta orang pada 2023 menjadi 47,85 juta orang pada tahun 2024. 

Penurunan ini menambah panjang daftar tren menurunnya kelas menengah di Indonesia. Jika melihat data dari tahun 2019, total sudah ada 9,87 juta orang yang turun kelas, yaitu 57,33 juta orang pada 2019 menjadi 47,85 juta orang pada 2024. 

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan, kelas menengah adalah kelompok masyarakat yang pengeluarannya berkisar Rp 2.040.262 sampai Rp 9.909.844 per kapita per bulan.

Sementara, lanjut Amalia, Bank Dunia menyebutkan bahwa kriteria kelompok “menuju kelas menengah” adalah mereka yang pengeluarannya sekitar RP 874.398 sampai Rp 2.040.262 per kapita per bulan. 

Baca juga: Mengenal Literasi Keuangan Digital dan Manfaat Mempelajarinya

Kelas Menengah Turun Kasta

Masih menurut Amalia, modus pengeluaran kelompok kelas menengah berada di angka Rp 2.056.494. Nominal ini membuat sebagian besar kelas menengah berada di posisi yang rentan jatuh ke kelompok menuju kelas menengah. 

Ada beberapa penyebab yang membuat fenomena ini terjadi. Amalia menyebutkan, penyebab yang paling kentara adalah dampak dari pandemi COVID-19. 

Menurutnya, pandemi COVID-19 yang telah meluluhlantakkan ekonomi dunia dan Indonesia, turut membuat banyak kelas menengah kehilangan pendapatan dan pekerjaan. 

"Kami mengidentifikasi scaring effect dari pandemi COVID-19 terhadap ketahanan kelas menengah," kata Amalia, dikutip dari CNBC Indonesia. 

Selain secara populasi menurun, data BPS juga mengidentifikasi perubahan dalam pola pengeluaran masyarakat kelas menengah. 

Menurut data BPS, pengeluaran untuk makanan, minuman, dan perumahan mengalami penurunan, sementara pengeluaran untuk hiburan justru meningkat. 

Pada tahun 2014, kelas menengah mengalokasikan 45,53% dari pengeluaran untuk makanan dan minuman serta lebih dari 32% untuk perumahan.

Namun, pada 2024, porsi untuk makanan dan minuman turun menjadi 41,67%, dan pengeluaran untuk perumahan menyusut menjadi 28,52%.

Sebaliknya, pengeluaran untuk hiburan naik dari 0,22% pada 2014 menjadi 0,38% pada tahun 2024. Sementara pengeluaran untuk pesta meningkat secara signifikan dari 0,75% pada 2014 menjadi 3,18% pada 2024.

Baca juga: Tips Atur Pengeluaran Saat Liburan Agar Kantong Nggak Bolong

Kelas Menengah “Mantab”

Selain mengalami penurunan kelas, kelompok kelas menengah juga mengalami fenomena “mantab” atau makan dari tabungan. Hal ini salah satunya diungkap oleh Direktur Riset CORE Indonesia Etika Karyani.

Menurut Etika, fenomena kelas menengah mantab ini terjadi akibat kenaikan pendapatan yang tidak sejalan dengan kenaikan harga-harga bahan pokok. Alhasil, mereka harus merelakan tabungan untuk memenuhi kebutuhan. 

“Belanja kelas menengah dan kelas menengah ke bawah itu masih ditopang oleh tabungan. Sehingga ketika cicilan meningkat, namun jumlah peningkatan pendapatan mereka tidak sejalan dengan naiknya harga-harga bahan pokok, maka tabungan yang dipakai,” dikutip dari Kompas.

Fenomena kelas menengah mantab sebenarnya sudah diidentifikasi sejak tahun lalu. Menurut Survei Konsumen Bank Indonesia (BI), alokasi pendapatan untuk menabung mengalami penurunan dari 15,7% menjadi 15,4%. 

Sama seperti data BPS, survei BI juga menyebutkan adanya penurunan pada alokasi pendapatan untuk konsumsi, yaitu dari 75,6% menjadi 75,3%. Peningkatan terjadi pada alokasi untuk cicilan, yaitu dari 8,8% menjadi 9,3%.

Baca juga: Gagal Bayar Paylater Bisa Susah Dapat KPR, Ini Sebabnya!

Apa Dampaknya? 

Fenomena-fenomena di atas tentu akan berdampak pada perekonomian, baik untuk skala kecil seperti ekonomi keluarga, maupun skala besar yaitu perekonomian negara. 

Berikut ini beberapa dampak dari fenomena penurunan perekonomian yang ditandai dengan kelas menengah yang turun kasta dan makan tabungan. 

1. Daya Beli Menurun

Ketika kelas menengah mulai mengandalkan tabungan untuk memenuhi kebutuhan, daya beli mereka cenderung menurun. 

Hal ini berdampak langsung pada sektor konsumsi, yang merupakan salah satu pendorong utama perekonomian Indonesia. 

Jika daya beli terus menurun, permintaan barang dan jasa juga akan berkurang, yang pada gilirannya bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi.

2. Ketidakstabilan Finansial

Mengandalkan tabungan untuk konsumsi sehari-hari adalah tanda bahwa kondisi finansial rumah tangga sedang dalam tekanan. 

Dalam jangka panjang, hal ini bisa menyebabkan ketidakstabilan finansial, terutama jika ada kejadian tak terduga seperti kehilangan pekerjaan atau biaya kesehatan mendadak. 

3. Investasi Tertunda

Kelas menengah yang seharusnya menjadi salah satu motor penggerak investasi di bidang properti, pendidikan, dan kesehatan, mungkin menunda atau mengurangi investasi tersebut. 

Hal ini bisa berdampak negatif pada sektor-sektor ekonomi yang biasanya mendapatkan keuntungan dari konsumsi jangka panjang seperti perumahan, pendidikan tinggi, atau asuransi kesehatan.

Baca juga: 10 Cara Mengelola Keuangan dengan Baik agar Finansial Sehat

Cara Atur Keuangan saat Ekonomi Sulit

Dalam kondisi ekonomi yang sedang sulit, sangat penting bagi setiap individu untuk lebih teliti lagi dalam mengelola keuangan. Berikut ini beberapa tips keuangan dari Certified Financial Planner Ruang Menyala, Widya Yuliarti yang bisa diikuti. 

1. Ubah Mindset

Dalam situasi ekonomi yang menurun seperti saat ini, jangan dulu mengutamakan keinginan daripada kebutuhan. Prioritas utama adalah fokus pada kebutuhan pokok yaitu sandang, pangan, dan papan.

Karena itu sebisa mungkin penuhi kebutuhan seperti seperti makanan, tempat tinggal, tagihan, dan kesehatan terlebih dahulu. Hindari pengeluaran untuk hal-hal yang sifatnya konsumtif atau keinginan sesaat. 

2. Atur Pengeluaran Lebih Bijak

Mengelola pengeluaran dengan bijak sangat penting di tengah ekonomi yang tidak pasti. Buat anggaran bulanan yang jelas dan batasi pengeluaran di luar rencana.

Kamu bisa menggunakan aplikasi keuangan atau mencatat manual pengeluaran sehari-hari biar lebih terkontrol. Pastikan kamu tidak mengeluarkan anggaran secara berlebihan.

3. Jangan Salahkan Keadaan

Kondisi saat ini memang sedang sulit namun tak ada gunanya menyalahkan keadaan. Daripada terus meratapi kondisi ekonomi yang menurut, lebih baik kamu mulai mengatur keuangan dengan lebih baik.

Meskipun keuangan sedang sulit, tetap usahakan menyisihkan sebagian penghasilan untuk dana darurat. Dana darurat penting buat berjaga-jaga kalau ada kebutuhan mendesak, seperti biaya kesehatan atau kehilangan pekerjaan.

4. Investasi Secara Konsisten

Di tengah ketidakpastian ekonomi, tetap investasi secara konsisten. Meski kondisi pasar mungkin berfluktuasi, investasi jangka panjang tetap penting untuk pertumbuhan kekayaan di masa depan. 

Kamu bisa mulai dari instrumen investasi yang lebih stabil, seperti reksa dana, emas, atau obligasi. Investasi bisa dilakukan dengan nominal kecil, tetapi harus konsisten!

Saat ini sudah banyak platform yang menyediakan fitur investasi dengan dana yang terjangkau. Salah satunya adalah investasi ReksaDana dan Emas yang bisa dimulai dari Rp10 Ribu saja.

Memulai investasi ReksaDana atau Emas sekarang bisa kamu lakukan dengan mudah melalui OCBC mobile. Ini adalah digital mobile banking dari OCBC yang tidak hanya mempermudah transaksi, tetapi juga dilengkapi dengan banyak produk investasi dan menabung.

Sebelum memulai investasi, ada baiknya kamu mengetahui kondisi kesehatan finansialmu terlebih dulu. Dengan begitu, kamu bisa mengetahui instrumen investasi apa yang cocok. 

Untuk itu, kamu bisa cek kesehatan keuangan kamu di sini. Dengan melakukan financial fitness check up, kamu akan tahu apa yang harus kamu lakukan pertama kali supaya keuangan kamu lebih sehat dan membuatmu bahagia.

Financial Fitness Check Up bisa membantumu memeriksa kondisi keuangan hanya dalam waktu 3 menit. Lalu, kamu juga bisa membahas hasil Financial Fitness Check Up kamu dengan Nyala Trainer di Konsultasi 1 on 1

Dengan sesi konsultasi ini, kamu bisa mengetahui bagaimana strategi yang tepat untuk keuangan kamu.

Banyak sekali manfaat yang bisa kamu dapat, bukan? Jadi, yuk segera atur keuanganmu dengan Ruang meNYALA sekarang agar kamu bisa segera #FinanciallyFit!

Baca juga: 7 Cara Mengelola Utang secara Efektif agar Cepat Lunas


undefined Komentar

Max. 0/120 karakter

Konten Lainnya