Kelas menengah di Indonesia mengalami penurunan karena berbagai sebab. Lalu apa dampak penurunan jumlah kelas menengah ini terhadap bisnis di tanah air?
Jumlah kelas menengah di Indonesia mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Data BPS menyebutkan, kelas menengah di Indonesia turun hampir 500 ribu orang, dalam satu tahun.
Pada tahun 2023, jumlah kelas menengah di Indonesia adalah 48,27 juta orang, sementara pada tahun 2024 turun menjadi hanya 47,85 orang.
Penurunan ini menambah panjang tren menurunnya kelas menengah di Indonesia. Jika melihat data dari tahun 2019, total sudah ada 9,87 juta orang yang turun kelas, yaitu 57,33 juta orang pada 2019 menjadi 47,85 juta orang pada 2024.
Baca juga: Mengenal Literasi Keuangan Digital dan Manfaat Mempelajarinya
Penyebab Kelas Menengah Turun
Data BPS itu sama seperti data yang dikeluarkan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Dalam data BRIN, jumlah kelas menengah turun dari 57,33 juta orang pada 2019 menjadi 48,27 juta jiwa pada 2023.
Penurunan sebesar 18,8 persen atau sekitar 9,06 juta jiwa ini memberikan dampak besar bagi perekonomian nasional, khususnya dalam penyerapan produk atau konsumsi.
Ada beberapa penyebab yang membuat fenomena penurunan jumlah kelas menengah ini terjadi. Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyebutkan, penyebab yang paling kentara adalah dampak dari pandemi COVID-19.
Menurutnya, pandemi COVID-19 yang telah meluluhlantakkan ekonomi dunia dan Indonesia, turut membuat banyak kelas menengah kehilangan pendapatan dan pekerjaan.
"Kami mengidentifikasi scaring effect dari pandemi COVID-19 terhadap ketahanan kelas menengah," kata Amalia, dikutip dari CNBC Indonesia.
Selain secara populasi menurun, data BPS juga mengidentifikasi perubahan dalam pola pengeluaran masyarakat kelas menengah.
Menurut data BPS, pengeluaran untuk makanan, minuman, dan perumahan mengalami penurunan, sementara pengeluaran untuk hiburan justru meningkat.
Sebagai informasi, pengelompokan kelas didasarkan pada ukuran Bank Dunia yang termuat dalam dokumen berjudul Aspiring Indonesia: Expanding the Middle Class 2019.
Pengelompokannya didasarkan pada kelas pengeluaran dengan garis kemiskinan Rp 582.932 per kapita.
Untuk kelas menengah, ukurannya adalah pengeluarannya 3,5-17 kali garis kemiskinan atau pengeluarannya sekitar Rp 2,04 Juta sampai Rp 9,90 Juta per kapita per bulan.
Untuk menuju kelas menengah 1,5-3,5 kali garis kemiskinan atau senilai Rp 874,39 Ribu sampai Rp 2,04 Juta, kemudian rentan miskin ialah 1-1,5 kali garis kemiskinan atau Rp 582,93 Ribu sampai dengan Rp 874,39 Ribu.
Sedangkan untuk yang masuk kelompok miskin adalah pengeluarannya di bawah garis kemiskinan senilai Rp 582,93 Ribu per kapita per bulan, sedangkan untuk kelas atas pengeluarannya 17 kali di atas garis kemiskinan atau di atas Rp 9,90 Juta per kapita per bulan.
Baca juga: Tips Atur Pengeluaran Saat Liburan Agar Kantong Nggak Bolong
Dampak Terhadap Bisnis
Penurunan jumlah kelas menengah di Indonesia memiliki dampak yang signifikan terhadap dunia bisnis dan usaha.
Kelas menengah dikenal sebagai penggerak utama konsumsi domestik, sehingga penurunan jumlah mereka dapat mempengaruhi berbagai sektor. Berikut adalah lima dampak penurunan ini terhadap bisnis.
1. Penurunan Daya Beli Masyarakat
Kelas menengah merupakan konsumen utama produk dan jasa, terutama di sektor ritel, hiburan, dan gaya hidup.
Ketika jumlahnya menurun, daya beli masyarakat juga ikut melemah, sehingga permintaan terhadap barang dan jasa mengalami penurunan.
Bisnis yang bergantung pada konsumsi masyarakat, seperti pusat perbelanjaan dan restoran, akan merasakan dampaknya secara langsung.
2. Stagnasi Sektor Ritel
Sektor ritel, baik offline maupun online, bergantung pada konsumsi kelas menengah. Penurunan jumlah kelas menengah mengurangi belanja discretionary, seperti pembelian produk non-esensial.
Akibatnya, banyak usaha ritel harus menyesuaikan strategi, seperti menurunkan harga atau mengurangi stok, yang dapat mempengaruhi profitabilitas.
3. Sektor Properti dan Investasi Melambat
Kelas menengah adalah salah satu kontributor utama di sektor properti dan investasi.
Penurunan jumlah mereka mengurangi permintaan akan rumah baru, apartemen, atau aset investasi lainnya.
Hal ini akan memperlambat pertumbuhan sektor properti, konstruksi, dan sektor keuangan terkait, seperti perbankan dan KPR.
4. Pengurangan Tenaga Kerja dan Penutupan Usaha
Jika konsumsi domestik terus melemah, bisnis yang tidak mampu bertahan akan terpaksa mengurangi jumlah tenaga kerja atau bahkan menutup operasinya.
Hal ini akan meningkatkan tingkat pengangguran, yang selanjutnya memperburuk daya beli masyarakat, menciptakan lingkaran setan ekonomi yang sulit diatasi.
Baca juga: 10 Cara Mengelola Keuangan dengan Baik agar Finansial Sehat
Cara Atur Keuangan saat Ekonomi Sulit
Dalam kondisi ekonomi yang sedang sulit, sangat penting bagi setiap individu untuk lebih teliti lagi dalam mengelola keuangan. Berikut ini beberapa tips keuangan yang bisa kamu terapkan.
1. Utamakan Kebutuhan dari Keinginan
Dalam situasi ekonomi yang menurun seperti saat ini, jangan dulu mengutamakan keinginan daripada kebutuhan. Prioritas utama adalah fokus pada kebutuhan pokok yaitu sandang, pangan, dan papan.
Karena itu sebisa mungkin penuhi kebutuhan seperti seperti makanan, tempat tinggal, tagihan, dan kesehatan terlebih dahulu. Hindari pengeluaran untuk hal-hal yang sifatnya konsumtif atau keinginan sesaat.
2. Pengeluaran Harus Lebih Bijak
Mengelola pengeluaran dengan bijak sangat penting di tengah ekonomi yang tidak pasti. Buat anggaran bulanan yang jelas dan batasi pengeluaran di luar rencana.
Kamu bisa menggunakan aplikasi keuangan atau mencatat manual pengeluaran sehari-hari biar lebih terkontrol. Pastikan kamu tidak mengeluarkan anggaran secara berlebihan.
3. Mulai Atur Keuangan
Kondisi saat ini memang sedang sulit, tapi tak ada gunanya menyalahkan keadaan. Daripada terus meratapi kondisi ekonomi yang menurut, lebih baik kamu mulai mengatur keuangan dengan lebih baik.
Meskipun keuangan sedang sulit, tetap usahakan menyisihkan sebagian penghasilan untuk dana darurat. Dana darurat penting buat berjaga-jaga kalau ada kebutuhan mendesak, seperti biaya kesehatan atau kehilangan pekerjaan.
4. Investasi
Di tengah ketidakpastian ekonomi, tetap investasi secara konsisten. Meski kondisi pasar mungkin berfluktuasi, investasi jangka panjang tetap penting untuk pertumbuhan kekayaan di masa depan.
Kamu bisa mulai dari instrumen investasi yang lebih stabil, seperti reksa dana, emas, atau obligasi. Investasi bisa dilakukan dengan nominal kecil, tetapi harus konsisten!
Saat ini sudah banyak platform yang menyediakan fitur investasi dengan dana yang terjangkau. Salah satunya adalah investasi ReksaDana dan Emas yang bisa dimulai dari Rp10 Ribu saja.
Memulai investasi ReksaDana atau Emas sekarang bisa kamu lakukan dengan mudah melalui OCBC mobile. Ini adalah digital mobile banking dari OCBC yang tidak hanya mempermudah transaksi, tetapi juga dilengkapi dengan banyak produk investasi dan menabung.
Sebelum memulai investasi, ada baiknya kamu mengetahui kondisi kesehatan finansialmu terlebih dulu. Dengan begitu, kamu bisa mengetahui instrumen investasi apa yang cocok.
Untuk itu, kamu bisa cek kesehatan keuangan kamu di sini. Dengan melakukan financial fitness check up, kamu akan tahu apa yang harus kamu lakukan pertama kali supaya keuangan kamu lebih sehat dan membuatmu bahagia.
Financial Fitness Check Up bisa membantumu memeriksa kondisi keuangan hanya dalam waktu 3 menit. Lalu, kamu juga bisa membahas hasil Financial Fitness Check Up kamu dengan Nyala Trainer di Konsultasi 1 on 1.
Dengan sesi konsultasi ini, kamu bisa mengetahui bagaimana strategi yang tepat untuk keuangan kamu.
Banyak sekali manfaat yang bisa kamu dapat, bukan? Jadi, yuk segera atur keuanganmu dengan Ruang meNYALA sekarang agar kamu bisa segera #FinanciallyFit!
Baca juga: 7 Cara Mengelola Utang secara Efektif agar Cepat Lunas