Logo Ruang Menyal
Bg Block

Kondisi Ekonomi Tidak Menentu, Jenis Investasi Ini Perlu Dihindari Dulu!

Oleh: Ruang Menyala

Last updated: 08 Juni 2024 | 3830 dilihat

Article Detail

Prospek ekonomi global pasca pandemi COVID-19 belum juga membaik. Bahkan awal tahun 2024 lalu Bank Dunia mewanti-wanti bahwa perekonomian global masih akan lesu. 

Banyak faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut. Selain pemulihan pasca pandemi, faktor geopolitik seperti perang dan konflik antar negara pun mempengaruhi ekonomi global. 

Dalam kondisi yang serba tidak menentu ini, setiap individu harus berhati-hati dan bijaksana dalam mengelola keuangan. Terlebih bagi investor, sangat penting untuk memastikan uang diinvestasikan pada instrumen yang tepat. 

Baca juga: Mengenal Literasi Keuangan Digital dan Manfaat Mempelajarinya

Bijak Kelola Uang dalam Situasi Sulit

Ketidakpastian ekonomi disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari krisis keuangan, fluktuasi pasar, perubahan kebijakan pemerintah, pandemi, dan ketidakstabilan politik.

Situasi sulit seperti saat ini menuntut investor atau individu untuk bijak dalam mengalokasikan uang, termasuk dalam berinvestasi. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan pengelolaan keuangan di masa sulit. 

1. Diversifikasi Investasi

Diversifikasi investasi adalah menyebar dana investasi ke berbagai jenis aset, seperti saham, obligasi, emas, dan reksa dana dengan tujuan untuk mengurangi risiko. Dengan memiliki berbagai jenis investasi, kerugian dalam satu aset dapat diimbangi oleh keuntungan pada aset lain.

Contohnya, ketika pasar saham sedang turun atau tidak dalam kondisi bagus, memiliki investasi pada emas atau obligasi bisa membantu melindungi nilai portofolio secara keseluruhan.

2. Meningkatkan Likuiditas

Likuiditas adalah kemudahan sebuah aset untuk dicairkan menjadi uang tunai. Sebagai informasi, memiliki uang tunai sebagai simpanan sangat penting dalam situasi ekonomi yang tidak baik. 

Pasalnya, saat ekonomi tidak menentu, aset yang kamu miliki sebagai portofolio investasi bisa saja mengalami penurunan nilai atau anjlok secara tiba-tiba. 

Nah, untuk melindungi kerugian ketika hal itu terjadi, memiliki uang tunai bisa menjadi pilihan. Atau jika tetap ingin memiliki aset, pastikan kamu berinvestasi pada aset yang memiliki likuiditas tinggi. 

Artinya, utamakan untuk berinvestasi pada aset atau instrumen yang mudah dijual atau dicairkan sewaktu-waktu. 

3. Mengurangi Hutang

Berikutnya, kamu bisa mulai mengurangi hutang juga perlu dilakukan dalam kondisi sulit. Pasalnya, hutang bisa membuat beban keuangan semakin berat, apalagi ketika pendapatan sedang berkurang. 

Selain mengurangi beban keuangan, berkurangnya hutang juga akan menghindarkan diri dan pikiran dari stres. 

Langkah pertama yang bisa kamu lakukan adalah dengan membuat daftar hutang. Hal ini mencakup total hutang pokok, suku bunga, dan besaran cicilan per bulan. 

Kemudian, kamu bisa mengurangi hutang dengan cara melunasi hutang yang memiliki bunga tinggi terlebih dahulu. Metode mengurangi hutang yang bersuku bunga tinggi bisa membantu menghemat uang dalam jangka panjang dan dikenal dengan metode “Debt Avalanche”.

Berikutnya, kamu bisa mempertimbangkan untuk mengkonsolidasikan hutang yang akan membantu mengelola pembayaran dengan lebih mudah atau bahkan mendapatkan suku bunga yang lebih rendah. Konsolidasi melibatkan menggabungkan beberapa hutang menjadi satu pinjaman atau kartu kredit.

Baca juga: Tujuan Keuangan, Ini Langkah Mudah Dalam Menentukannya!

Investasi yang Perlu Dihindari

Seperti yang dijelaskan di atas, salah satu cara bijak dalam mengelola keuangan adalah mengalokasikan dana investasi pada instrumen yang likuid atau mudah dicairkan. 

Dengan begitu, ketika kondisi yang tidak diinginkan terjadi, kamu bisa dengan cepat mencairkan atau menjual aset untuk mendapatkan uang tunai secara cepat. 

Beberapa contoh aset likuid antara lain:

  • Rekening
  • Deposito
  • Tabungan Berjangka
  • Reksa Dana Pasar Uang
  • Tabungan Mata Uang Asing

Sebaliknya, dalam kondisi sulit, kamu perlu menghindari untuk investasi dana pada instrumen atau aset yang non-likuid. Pasalnya, aset-aset ini perlu waktu untuk mencairkan sehingga akan menyulitkan ketika kamu perlu dana tunai secara cepat. 

Berikut adalah beberapa aset non-likuid yang perlu dihindari sementara ketika kondisi ekonomi sedang sulit. 

1. Investasi Properti

Bisnis atau investasi properti seperti tanah atau rumah tentu sangat menggiurkan. Pasalnya, instrumen investasi yang satu ini menjanjikan keuntungan di masa depan seiring dengan harganya yang konsisten mengalami peningkatan. 

Namun berbicara tentang likuiditas, properti bukan aset yang likuid. Artinya, kamu memerlukan waktu yang tidak sebentar untuk menjual tanah atau rumah, meski berlokasi di area strategis sekalipun. 

Pada praktiknya, menjual properti memerlukan waktu yang cukup lama karena prosesnya melibatkan pencarian pembeli, negosiasi harga, serta pemenuhan persyaratan hukum dan administrasi. Selain itu, nilai properti bisa sangat bergantung pada kondisi pasar lokal dan nasional.

2. Barang Antik

Mengoleksi barang antik atau karya seni legendaris menawarkan dua fungsi sekaligus, yaitu untuk memenuhi hasrat sebagai kolektor serta bisa menjadi instrumen investasi. 

Barang-barang antik yang ketersediaannya di dunia sangat terbatas tentu memiliki harga yang tinggi. Namun proses menjualnya pun memerlukan waktu yang lama. 

Penjualan karya seni atau barang antik bisa sangat sulit karena memerlukan pembeli khusus yang tertarik dan bersedia membayar harga yang sesuai. Selain itu, penilaian harga bisa sangat subjektif dan tergantung pada tren pasar dan kondisi barang.

3. Investasi Pada Proyek Infrastruktur

Investasi pada proyek infrastruktur, seperti jalan tol, pembangkit listrik, atau jembatan, juga termasuk aset yang tidak likuid.

Pasalnya, investasi infrastruktur memerlukan jangka waktu yang panjang untuk bisa menghasilkan keuntungan dan sulit untuk dijual cepat karena melibatkan kontrak dan regulasi pemerintah yang kompleks.

Sebagai contoh, kepemilikan saham dalam sebuah perusahaan yang mengelola jalan tol mungkin tidak mudah dijual sebelum proyek selesai dan mulai menghasilkan pendapatan.

4. Private Equity

Private equity adalah perusahaan yang tidak terdaftar dalam bursa saham. Nah investasi pada perusahaan seperti ini juga tidak likuid sehingga perlu dihindari sementara waktu. 

Private equity biasanya melibatkan komitmen jangka panjang, dan investasi ini sering tidak bisa dijual sebelum jangka waktu tertentu (lock-up period) berakhir. Selain itu, likuiditas sangat bergantung pada performa perusahaan dan kondisi pasar sekunder.

Sebagai contoh, investasi dalam sebuah perusahaan teknologi yang sedang berkembang, di mana exit strategy-nya bergantung pada penjualan perusahaan atau IPO (Initial Public Offering).

5. Properti Spesifik

Instrumen investasi yang perlu dihindari karena tidak likuid berikutnya adalah properti spesifik. Maksud dari properti spesifik adalah properti yang dibangun untuk tujuan spesifik, seperti tempat wisata, hotel, dan sebagainya. 

Properti jenis ini termasuk aset tidak likuid. Kamu sebagai pemilik tidak bisa dengan mudah untuk menjualnya, karena memerlukan pembeli dengan minat khusus dan biasanya melibatkan transaksi yang kompleks, termasuk perizinan dan regulasi khusus.

Itulah ulasan mengenai investasi yang perlu dihindari sementara dalam situasi ekonomi yang sulit. 

Bicara tentang investasi dan pengelolaan keuangan, kamu bisa lho, cek kondisi finansial dengan mengikuti Financial Fitness Check Up dari Ruang meNYALA.

Dengan Nyala Trainer yang sudah berpengalaman, kamu akan mendapatkan sesi konsultasi 1-on-1 untuk membantumu dalam menganalisa kesehatan keuangan.

Caranya pun mudah, kamu hanya perlu menentukan jadwal yang diinginkan, lalu pilih trainer-nya. Well done! Tunggu saja hari konsultasinya tiba.

Baca juga: 10 Cara Mengelola Keuangan Dengan Baik Agar Finansial Sehat


undefined Komentar

Max. 0/120 karakter

Konten Lainnya