Logo Ruang Menyal
Bg Block

Ini Perbedaan UMR, UMP, dan UMK, Mana yang Digunakan?

Oleh: Ruang Menyala

Last updated: 11 Januari 2025 | 327 dilihat

Article Detail

Tahukah kamu apa perbedaan UMR, UMP, dan UMK dalam standarisasi upah minimum di Indonesia? Simak uraian berikut, beserta tips mengelola gaji dengan upah minimum di sini!

Upah minimum adalah jumlah upah paling rendah yang bisa diberikan oleh pemberi kerja kepada pekerjanya. Standarisasi upah minimum ini sudah dikenal sejak akhir abad ke-20, dan diterapkan di semua negara. 

Meski bersifat global, penetapan upah minimum bisa sangat berbeda di setiap negara. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi, seperti wilayah, sektor, hingga kebutuhan hidup layak. 

Di Indonesia, upah minimum ditetapkan oleh pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan. Namun di masyarakat, ada beberapa istilah yang berbeda untuk upah minimum. 

Setidaknya ada tiga istilah, yaitu Upah Minimum Regional (UMR), Upah Minimum Provinsi (UMP), dan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK). Lalu mana yang jadi acuan dan diterapkan?

Baca juga: 4 Cara Ampuh Memiliki Dana Darurat Saat Gaji UMR

Perbedaan UMR, UMP, dan UMK

Secara prinsip, ketiga istilah itu sama yaitu upah minimum sesuai dengan cakupan kebijakannya. 

UMP atau Upah Minimum Provinsi adalah standar minimum upah bagi pekerja yang berlaku di suatu provinsi yang penetapannya dilakukan oleh gubernur.

Sementara UMK atau Upah Minimum Kabupaten/Kota adalah standar minimum upah bagi pekerja yang berlaku di suatu kabupaten atau kota yang penetapannya dilakukan oleh bupati atau walikota.

Adapun UMR atau Upah Minimum Regional adalah standar upah yang berlaku di tingkat provinsi, termasuk semua kabupaten/kota yang ada di dalamnya. 

Istilah UMR pertama kali muncul dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) Nomor 1 Tahun 1999 yang kemudian direvisi menjadi Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kepmenakertrans) No.226 Tahun 2000 tentang Upah Minimum.

UMR ditetapkan oleh gubernur dan menjadi acuan pengupahan di seluruh provinsi tersebut. Namun, UMR kini sudah tidak berlaku lagi, dan standarnya mengacu pada UMP dan UMK masing-masing. 

Dengan begitu, ada dua skema upah minimum di Indonesia, yaitu UMP dan UMK. Lalu pertanyaannya, mana yang digunakan? 

Pada dasarnya, UMK hanya bisa ditetapkan ketika hasil perhitungannya lebih tinggi dibanding UMP. Hal ini merujuk pada Pasal 8 ayat (1) dan (2) Permenaker 18/2022 yang berbunyi:

“Penetapan upah minimum bagi kabupaten/kota yang belum memiliki upah minimum harus memenuhi syarat tertentu.”

Adapun syarat-syaratnya dalam aturan tersebut antara lain:

  • rata-rata pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota yang bersangkutan selama 3 tahun terakhir dari data yang tersedia pada periode yang sama, lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan ekonomi provinsi; atau
  • nilai pertumbuhan ekonomi dikurangi inflasi kabupaten/kota yang bersangkutan selama 3 tahun terakhir dari data yang tersedia pada periode yang sama, selalu positif, dan lebih tinggi dari nilai provinsi.

Sehingga, lingkup keberlakuan ketentuan UMK lebih khusus dari UMP. Artinya, ketentuan mengenai UMP berlaku bagi seluruh kabupaten/kota di suatu provinsi apabila kabupaten-kabupaten/kota-kota di provinsi tersebut belum ada pengaturan mengenai UMK masing-masing kabupaten/kota.

Sedangkan, jika dalam suatu kabupaten/kota sudah terdapat ketentuan mengenai UMK (yang jumlahnya harus lebih besar dari UMP), maka yang berlaku bagi perusahaan untuk memberikan upah bagi pegawainya adalah ketentuan UMK.

Baca juga: Pahami Manfaat & Cara Menjadi Cerdas dalam Literasi Keuangan 

Mengatur Keuangan dengan Upah Minimum

Upah minimum itu merupakan standar hidup layak untuk individu pekerja. Jika ia sudah berkeluarga, maka secara teknis gaji yang diterima itu tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. 

Namun demikian, kekurangan itu masih bisa disiasati dengan pengelolaan keuangan yang baik. Berikut ini beberapa cara yang bisa kamu lakukan dalam mengelola keuangan keluarga dengan upah minimum. 

1. Buat Rencana Pengeluaran Berdasarkan Pendapatan

Buatlah rencana pengeluaran bulanan sesuai dengan besaran pendapatan yang kamu terima. Kamu bisa menggunakan metode amplop hingga metode 50/30/20 untuk ini. 

Alokasikan 20% pendapatan untuk menabung, 50% untuk kebutuhan dalam satu bulan, dan 30% untuk keinginan. JIka keinginan tidak banyak, kamu bisa mengalihkan pos tersebut untuk menabung atau menutup kebutuhan sehari-hari.

Dengan membuat rencana pengeluaran bulanan ini, kamu jadi tahu bagaimana pengeluaran bulanan, apakah besar pasak daripada tiang atau tidak.

2. Prioritaskan Kebutuhan Utama

Fokuskan pengeluaran pada kebutuhan utama, seperti makanan, tempat tinggal, dan pendidikan anak. 

Keperluan sekunder atau keinginan, seperti hiburan atau belanja barang yang tidak mendesak, bisa ditunda atau diatur dengan cermat. 

Prioritas ini memastikan bahwa kebutuhan dasar keluarga selalu terpenuhi meskipun dengan anggaran terbatas.

3. Optimalkan Ongkos Transportasi

Untuk menghemat biaya transportasi, pertimbangkan opsi yang lebih ekonomis, contohnya menggunakan angkutan umum seperti KRL, LRT, Bus, atau bahkan bersepeda jika memungkinkan. 

Jika kamu memiliki kendaraan pribadi, pastikan untuk melakukan perawatan rutin agar kendaraan tetap efisien dan tidak boros bahan bakar. 

Penghematan di sektor transportasi bisa dialokasikan untuk kebutuhan lain yang mendesak.

4. Hindari Utang Konsumtif

Usahakan untuk tidak mengambil utang untuk keperluan konsumtif seperti membeli barang elektronik baru atau berlibur. 

Jika memang perlu berutang, pastikan untuk kebutuhan yang benar-benar penting dan pilih utang dengan bunga rendah. Utang konsumtif bisa membebani anggaran bulanan dan membuat keuangan keluarga tidak stabil.

5. Cari Penghasilan Tambahan

Untuk menambah kelonggaran finansial, pertimbangkan mencari penghasilan tambahan. 

Kamu bisa menjalankan usaha kecil dari rumah, seperti menjual makanan ringan, membuka jasa laundry, atau menjalankan bisnis online

6. Menabung dan Dana Darurat

Sisihkan sebagian kecil gaji untuk tabungan dan dana darurat, meskipun dalam jumlah yang kecil. Usahakan untuk menabung setidaknya 5-10% dari gaji setiap bulan. 

Dana darurat ini penting untuk mengantisipasi kejadian tak terduga seperti sakit atau kehilangan pekerjaan, sehingga keuangan keluarga tetap aman.

Itulah ulasan mengenai perbedaan UMR, UMP, dan UMK lengkap dengan bagaimana cara mengatur keuangan keluarga dengan upah minimum. 

Selain uraian di atas, sangat penting bagi keluarga untuk mengetahui kondisi kesehatan finansialnya. 

Kabar gembiranya, kamu sekarang bisa cek kesehatan keuangan kamu di sini. Dengan melakukan financial fitness check up, kamu akan tahu apa yang harus kamu lakukan pertama kali supaya keuangan kamu lebih sehat dan membuatmu bahagia.

Financial Fitness Check Up bisa membantumu memeriksa kondisi keuangan hanya dalam waktu 3 menit. Lalu, kamu juga bisa membahas hasil Financial Fitness Check Up kamu dengan Nyala Trainer di Konsultasi 1 on 1

Dengan sesi konsultasi ini, kamu bisa mengetahui bagaimana strategi yang tepat untuk keuangan kamu.

Banyak sekali manfaat yang bisa kamu dapat, bukan? Jadi, yuk segera atur keuanganmu dengan Ruang meNYALA sekarang agar kamu bisa segera #FinanciallyFit!

Baca juga: 6 Cara Menabung Milenial Yang Efektif & Anti Gagal, Catat!


undefined Komentar

Max. 0/120 karakter

Konten Lainnya