Logo Ruang Menyal
Bg Block

Impulsive Buying, Belanja Dadakan yang Perlu Dihindari Remaja

Oleh: Ruang Menyala

Last updated: 02 Februari 2024 | 1340 dilihat

Article Detail

Impulsive buying adalah salah satu perilaku yang sebenarnya dapat berdampak negatif terhadap kondisi keuangan mu, lho. Meskipun memang tak dapat dipungkiri, mudahnya sistem pembayaran online saat ini nyatanya membuat banyak orang cenderung bersikap konsumtif.

Tapi tenang, Ruang meNyala punya beberapa tips agar kamu enggak terjebak dalam kebiasaan buruk ini. Yuk, simak berbagai indikator impulsive buying dan cara mencegahnya berikut!

2 Wanita berbelanja

Apa itu Impulsive buying?

Impulsive buying atau belanja impulsif adalah perilaku dalam membeli suatu produk yang dilakukan segera secara tiba-tiba atau seketika dan tidak melalui pertimbangan matang. Umpamanya, saat kamu membeli sebuah produk dengan spontan tanpa ada niat/rencana sebelumnya, maka hal tersebut dikatakan sebagai belanja impulsif.

Dalam arti lain, impulsive buying adalah suatu kondisi “unplanned purchase”, yaitu pembelian yang enggak direncanakan dan biasanya dalam jumlah banyak. Ada banyak faktor penyebabnya, entah itu karena tergoda oleh promo, diskon, atau bahkan sekedar ingin memberikan self-reward.

Namun di samping itu, belanja impulsif nyatanya dapat berdampak negatif kepada kesehatan finansialmu, lho. Yup, bukan cuma boros, aktivitas ini juga cenderung melakukan pembelian sesuai keinginan sementara bukan berdasar kebutuhan. Adapun dampak negatif impulsive buying lainnya, yaitu:

  • Menumpuk barang tak terpakai di rumah

  • Rentan terjebak kredit terlalu banyak

  • Sulit mengelola keuangan

Indikator impulsive buying

Eits, enggak semua kegiatan shopping dengan jumlah banyak bisa dikatakan sebagai belanja impulsif, lho. Ada berbagai indikator impulsive buying yang umumnya dilakukan, diantaranya:

1. Gemar mencari kepuasan instan

Salah satu indikator impulsive buying adalah kebiasaan mencari kepuasan secara instan. Aktivitas ini biasanya kamu lakukan guna memenuhi kepuasan diri semata, entah itu karena merasa bosan, jenuh, hingga perlu suatu hal yang memuaskan.

2. Membeli tanpa proses berpikir panjang

Belanja impulsif umumnya tidak melalui proses berpikir panjang atau pertimbangan matang. Mengingat perilaku ini terjadi secara spontan dan tiba-tiba, kamu akan cenderung melakukan pembelian begitu saja tanpa berpikir dua kali. Hanya karena suatu produk menarik, kamu pun mengabaikan manfaat atau kemampuan finansial.

3. Sebagai self-reward

Setelah bekerja keras, kamu pasti sering kali merasa ingin memberikan apresiasi terhadap diri sendiri. Sebenarnya enggak salah, sih, tapi kalau terus-terusan shoping dengan dalih self-reward, maka tanpa disadari kamu sedang berada dalam sindrom belanja impulsif.

4. Sebagai penghilang stress

Berikutnya, indikator impulsive buying adalah menjadikan kebiasaan berbelanja sebagai penghilang stress. Biasanya, aktivitas ini dinilai menyenangkan hingga dapat membuat diri merasa lebih baik, melupakan masalah, dan menghilangkan penat. 

5. Mengikuti tren

Tren yang terus berubah terkadang mendorong orang-orang untuk selalu update supaya enggak ketinggalan jaman. Demi memenuhi gengsi tersebut, kamu jadi ikut-ikutan berbelanja barang terbaru yang lagi viral meski sebenarnya hal itu tidak sesuai kebutuhanmu.

6. Tergiur promo dan diskon

Last but not least, indikator impulsive buying adalah mudah tergoda strategi marketing seperti promo dan diskon. Walau sebenarnya tak dapat dipungkiri, penawaran menarik yang diberikan memang seringkali sangat menggiurkan. Enggak jarang, orang-orang akan memanfaatkan kesempatan tersebut untuk membeli dalam jumlah banyak.

3 Wanita sedang bercanda sambil belanja sepatu

Contoh impulsive buying

Sebagian besar orang pasti pernah melakukan perilaku konsumtif, termasuk kamu. Tanpa ada alasan jelas, kamu berbelanja bahkan hanya karena produk tersebut terlihat menarik. Namun, pernahkah kamu mendengar istilah shopaholic?

Yup, salah satu contoh impulsive buying adalah perilaku shopaholic atau gemar berbelanja yang biasanya terjadi karena alasan “balas dendam”. Eits, bukan membalas kejahatan, kok. Maksudnya, ini merupakan kondisi saat seorang shopaholic merasa kebutuhannya di masa kecil tak pernah dipenuhi.

Sehingga, ketika telah dewasa dan memiliki cukup penghasilan, itulah saatnya mewujudkan hal-hal yang dulu tak dapat ia miliki. Well, apakah kamu termasuk salah satunya?

Cara mencegah impulsive buying

Agar kamu enggak terjebak dalam masalah finansial yang diakibatkan perilaku impulsif, cobalah terapkan beberapa tips mencegahnya berikut ini.

1. Membedakan keinginan dan kebutuhan

Tips pertama ialah kamu harus belajar membedakan mana keinginan dan kebutuhan dalam hidup. Dengan begitu, kamu jadi bisa mengetahui barang-barang yang sebenarnya tidak begitu diperlukan. Sehingga, keuanganmu pun dapat dikelola secara lebih baik.

2. Batasi penggunaan aplikasi marketplace

Kamu juga bisa mencegah belanja impulsif dengan menghindari aktivitas pada berbagai marketplace. Usahakan jangan memasang terlalu banyak aplikasi belanja online di telepon genggammu. Sebab, kemudahan proses jual-beli yang ditawarkan sebenarnya dapat memicu sifat konsumtif dalam diri.

3. Menahan diri dari jebakan marketing 

Strategi marketing psikologis ternyata kerap berhasil membuat banyak orang terjebak di dalamnya. Oleh karena itu, belajarlah melindungi diri dari perangkap tersebut agar tak terpengaruh untuk berbelanja. Mungkin, kamu bisa segera menjauhi sales atau bahkan tempat perbelanjaan itu sekaligus.

Tips menghentikan impulsive buying

Sebagian besar orang pasti pernah melakukan perilaku impulsif, termasuk kamu. Lantas, bagaimana cara menghentikan kebiasaan ini? Berikut tipsnya.

1. Membuat skala prioritas

Tips menghentikan impulsive buying adalah dengan menyusun skala prioritas barang sebelum membeli. Ini akan membantumu mengontrol diri untuk menahan atau menunda barang yang kurang penting. Sehingga, kamu hanya membeli barang sesuai dengan kebutuhan saja.

2. Batasi self-reward

Untuk menghentikan kebiasaan impulsif, ada baiknya kamu membatasi dalam memberikan apresiasi diri. Cobalah tetapkan kapan self-reward itu dilakukan dan berapa maksimalnya. Jangan sampai kamu malah terus-terusan terjebak dalam perilaku impulsif berkedok self-reward.

3. Kurangi penggunaan fitur PayLater

Fitur Pay Later memang memudahkanmu dalam berbelanja. Namun, hal tersebut nyatanya sering membuat seseorang bersikap impulsif. Maka dari itu, ada baiknya kamu mengurangi penggunaan layanan ini dan hanya memanfaatkannya dengan bijak seperti saat keadaan mendesak.

4. Menggunakan uang tunai

Penggunaan kartu kredit dan berbagai pembayaran online akan membuat kamu sulit mengendalikan transaksi. Berbeda ketika kamu menggunakan uang tunai dimana esensi kehilangan akan lebih terasa. Oleh karenanya, salah satu cara menghentikan impulsive buying adalah dengan membiasakan pembayaran tunai saja.

Closing

Itulah informasi lengkap mengenai indikator impulsive buying hingga tips menghentikannya yang wajib kamu ketahui. Daripada berbelanja berlebihan hingga mengancam kesehatan finansial, lebih baik kamu menabung atau juga berinvestasi yang sudah pasti menguntungkan. Intip contoh investasi jangka pendek dari Ruang meNyala disini.


undefined Komentar

Max. 0/120 karakter

Konten Lainnya