Perencanaan keuangan perlu dimiliki semua orang, berapapun usianya, termasuk Gen Z yang sudah mengelola uang sendiri. Berikut financial planning untuk Gen Z yang punya prinsip YOLO, FOMO, FOPO.
Generasi Z atau Gen Z adalah istilah untuk kelompok orang-orang yang lahir pada 1998-2012. Di Indonesia, kelompok usia ini memiliki populasi yang besar, yaitu hampir 75 juta jiwa.
Di lapangan, Gen Z sudah mulai merambah dunia kerja. Mereka yang termasuk Gen Z awal sudah bekerja di banyak sektor, dan sudah memiliki penghasilan untuk memenuhi kebutuhan pribadi.
Salah satu ciri khas Gen Z adalah banyak istilah-istilah dan tren yang mereka ciptakan. Beberapa di antaranya adalah YOLO, FOMO, dan FOPO.
Apa Itu YOLO, FOMO, FOPO?
Melansir berbagai sumber, YOLO adalah singkatan You Only Live Once atau kamu hanya hidup sekali. Tren ini mengajak orang-orang untuk menikmati hidup seenak mungkin, karena hidup itu hanya sekali.
YOLO lebih dari sekadar tren, bahkan bisa menjadi pola pikir. Dengan YOLO, banyak Gen Z yang menjadi impulsif, tanpa memikirkan sebab-akibat, termasuk dalam mengalokasikan uang.
FOMO juga merupakan singkatan. Kepanjangannya adalah Fear of Missing Out. Gampangnya, FOMO itu rasa takut ketinggalan tren, bahkan bisa merasa cemas jika dirinya tidak tahu tren atau informasi yang beredar.
Pola pikir FOMO ini juga berlaku dalam hal mengalokasikan uang. Orang yang FOMO bisa sangat mudah membeli barang hanya karena tidak mau ketinggalan, tanpa memikirkan kondisi finansialnya.
FOPO singkatan dari Fear of Other People Opinions. Sama seperti keduanya, FOPO juga membuat orang lebih impulsif dalam segala hal, karena takut “dicap” negatif oleh orang lain.
Baca juga: Soft Saving ala Gen Z, Kelebihan dan Kekurangan
Financial Planning untuk Gen Z
Punya prinsip YOLO, FOMO, FOPO sebenarnya sah-sah saja. Namun ada syaratnya, yaitu punya perhitungan yang matang sebelum bertindak.
Hal itu juga berlaku dalam kaitannya dengan keuangan. Sebagai Gen Z yang baru bekerja, kamu harus punya perencanaan keuangan yang rapi dan ditaati, agar uangmu tidak terhambur begitu saja.
Berikut ini adalah strategi yang bisa diterapkan dalam mengatur keuangan bagi Gen Z yang masih punya prinsip YOLO, FOMO, FOPO:
1. Tentukan Skala Prioritas
Prinsip YOLO membuat seseorang ingin menikmati hidup sepenuhnya, tanpa memikirkan masa depan.
Untuk menghadapi hal ini, penting untuk benar-benar memahami apa yang memberimu kepuasan jangka panjang. Pikir ulang, mana kebutuhan primer, sekunder, dan tersier, lalu buatlah skala prioritasnya.
Menghabiskan uang untuk pengalaman atau barang mungkin membuatmu merasa baik sesaat, tetapi merencanakan keuangan dengan tujuan yang lebih besar, seperti berinvestasi untuk masa depan atau membeli aset, bisa memberikan manfaat lebih jangka panjang.
Caranya, tentukan beberapa tujuan finansial yang berarti, seperti menabung untuk liburan besar, memulai bisnis, atau investasi pendidikan. Hal ini bisa membantu menikmati hidup tanpa mengorbankan stabilitas finansial.
Baca juga: Ini 7 Kesalahan Keuangan Gen Z yang Tidak Boleh Dilakukan
2. Susun Anggaran
FOMO membuat banyak orang merasa tertekan untuk terus mengikuti tren dan gaya hidup orang lain. Pada akhirnya menyebabkan pengeluaran berlebihan.
Untuk mengatasinya, anggarkan sebagian uang untuk hiburan dan gaya hidup sosial, tetapi tetap batasi pengeluarannya.
Misalnya, tetapkan 10-20% dari pendapatan bulanan kamu untuk pengeluaran gaya hidup seperti nongkrong, membeli barang tren, atau traveling.
Dengan begitu, kamu tetap bisa "menikmati momen" tanpa merasa bersalah karena mengabaikan kewajiban finansial.
3. Menabung dan Investasi
Prinsip FOPO akan mempengaruhi keputusan dalam membeli dan membelanjakan uang. Kamu bisa saja takut dianggap kurang sukses atau kurang gaya jika tidak mengikuti standar sosial tertentu.
Untuk melawan tekanan ini, otomatisasikan tabungan dan investasi kamu agar setiap bulannya sebagian dari pendapatan langsung ditransfer ke rekening tabungan atau investasi tanpa harus berpikir panjang.
Kamu pun dapat mengalokasikan berbagai macam goals (kebutuhan) di masa depan, dana tersebut dapat kamu mengalokasikan pada instrumen Tabungan/Deposito, Reksa dana, Obligasi, bahkan Emas. Semua perkembangan dana pada goals tersebut dapat kamu pantau melalui fitur Life goals.
Untuk lebih disiplin dalam hal menabung atau berinvestasi, OCBC menyediakan fitur cicilan Tabungan (TAKA) dan Reksadana Berjangka (RDB), yang dapat membantu kamu untuk melakukan otomatisasi dalam menabung serta berinvestasi.
Dengan begini, kamu bisa menikmati sisa uang tanpa khawatir mengorbankan masa depan finansial. Instrumen seperti reksa dana, emas, saham, obligasi, dan sebagainya bisa menjadi pilihan untuk memulai investasi.
4. Tingkatkan Literasi Keuangan
Kesadaran finansial sangat penting, terutama bagi mereka yang mudah terpengaruh tren YOLO, FOMO, dan FOPO.
Pelajari dasar-dasar perencanaan keuangan, seperti membuat anggaran, menabung, berinvestasi, dan memahami bunga majemuk.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana uang bekerja, kamu bisa lebih bijak dalam mengelola keuangan tanpa harus mengorbankan pengalaman hidup yang kamu inginkan.
Selain itu, kamu juga perlu mengetahui seberapa sehat keuangan sebelum memutuskan untuk memenuhi gaya hidup.
Saat ini, mengecek kesehatan finansial bisa dilakukan dengan mudah melalui Financial Fitness Check Up dari Ruang meNYALA.
Dengan melakukan financial fitness check up, kamu akan tahu apa yang harus kamu lakukan pertama kali supaya keuangan kamu lebih sehat dan membuatmu bahagia.
Financial Fitness Check Up bisa membantumu memeriksa kondisi keuangan hanya dalam waktu 3 menit. Lalu, kamu juga bisa membahas hasil Financial Fitness Check Up kamu dengan Nyala Trainer di Konsultasi 1 on 1.
Dengan sesi konsultasi ini, kamu bisa mengetahui bagaimana strategi yang tepat untuk keuangan kamu.
Banyak sekali manfaat yang bisa kamu dapat, bukan? Jadi, yuk segera atur keuanganmu dengan Ruang meNYALA sekarang agar kamu bisa segera #FinanciallyFit!
Baca juga: Pentingkah Memiliki Work-Life Balance Untuk Millenial dan Gen Z?