Logo Ruang Menyal
Bg Block

7 Ciri-ciri Lingkungan Kerja Toxic dan Tips Mengatasinya

Oleh: Ruang Menyala

Last updated: 25 Maret 2024 | 29295 dilihat

Article Detail

Pernahkah kamu merasa tidak nyaman saat sedang bekerja, entah karena budaya pekerjaan maupun rekan-rekan di sekitarmu? Bisa saja itu pertanda bahwa kamu terjebak dalam lingkungan kerja toxic.

Sebagai catatan, lingkungan kerja toxic tidak akan mengantarkan seseorang menuju work life balance, yaitu keseimbangan yang diimpikan sebagian besar pekerja. Nah, sebelum membahas mengenai cara menghadapinya, kamu juga harus tahu tanda-tandanya, yuk simak!

 

Definisi Lingkungan Kerja Toxic

Lingkungan kerja toxic adalah keadaan yang mengacu pada tidak seimbangnya budaya, situasi, serta profesionalitas antar rekan dalam pekerjaan. Kondisi berikut bisa menimbulkan dampak besar bagi karyawan sekaligus terhadap keberlangsungan perusahaan.

Bagi pekerja, lingkungan kerja toxic dapat mempengaruhi kesehatan fisik seperti stress dan gangguan tidur. Selain itu, tidak sehatnya lingkungan kerja juga dapat menimbulkan efek mental, misalnya seperti anxiety, burnout hingga depresi.

Sementara itu bagi perusahan, kerusakan sistem operasional secara tidak langsung berhubungan dengan performa produksi maupun penjualan.

Oleh karena itu, apabila prosedur kerja yang toxic tidak segera ditangani, maka besar kemungkinan akan menjalar kepada kebangkrutan usaha.

Baca juga: Ini Efek dan Tips Menjaga Kesehatan Mental Generasi Sandwich

 

Ciri-Ciri Lingkungan Kerja Toxic

Biasanya, ciri-ciri lingkungan kerja toxic tidak dapat langsung diketahui pada masa awal bekerja. Hal ini disebabkan perlunya adaptasi serta pengamatan lebih lanjut tentang budaya perusahaan.

Lantas, seperti apa ciri-ciri lingkungan kerja toxic yang bisa jadi red flag perusahaan? Temukan jawabannya di bawah ini.

 

1. Minimnya Transparansi Sistem Kerja

Ketika menandatangani kontrak kerja, umumnya dicantumkan beberapa informasi krusial tentang perusahaan dan hal-hal yang berkaitan dengan deskripsi pekerjaan, seperti besaran gaji dan bonus serta periode bekerja.

Nah jika informasi dasar di atas tidak dicantumkan pada kontrak atau bahkan pembahasannya terkesan dihindari, maka kamu perlu berhati-hati. Sebab, ketidakjelasan prosedur tersebut berpotensi besar untuk mengeksploitasi kinerja karyawan 

 

2. Kurangnya Profesionalitas Kerja

Profesionalitas kerja adalah aspek utama dalam pekerjaan. Sudah seharusnya, seluruh karyawan pada jajaran apapun memiliki etika baik dan pandangan goal-oriented.

Namun, tidak dapat dipungkiri pula bahwa pada budaya kerja sering terjadi tindakan saling meremehkan, mencemooh, mengabaikan, atau mengutarakan bahasa yang tidak sopan dalam ruang lingkup kantor.

Selanjutnya, terjadi juga dalam relasi rekan kerja yang sering mengeluh, terlambat, membolos, membebankan pekerjaan kepada orang lain, atau bahkan melakukan perundungan fisik maupun verbal di kantor. 

Nah ketika sudah menemukan atau mungkin mengalami beberapa kejadian di atas, sebaiknya kamu membantu pihak yang dirugikan melalui dukungan psikis atau melaporkannya pada pihak berwenang.

 

3. Tidak Ada Kesempatan Berkembang

Sudah selayaknya, suatu perusahaan mendukung serta memfasilitasi karyawannya untuk memperluas keahlian, pengalaman, jaringan, dan karir selama periode bekerja. 

Contoh dukungan berikut bisa ditunjukkan dengan kesempatan untuk kenaikan pangkat atau gaji. Sehubungan dengan itu, memang pada awal bekerja, kamu mungkin sungkan bertanya terkait hal berikut. 

Sebagai solusi, kamu bisa mengamati rekan kerja yang sudah bekerja lama, apakah kiranya pernah mendapatkan pelatihan tertentu atau justru telah mengalami kenaikan pangkat sesuai dengan performa pekerjaannya.

Jika kantor tidak memberikan fasilitas di atas, apabila memungkinkan, segeralah berpindah dari perusahaan tersebut karena telah menunjukkan indikasi lingkungan kerja toxic.

 

4. Beban dan Jam Kerja Tidak Seimbang

Mengacu pada deskripsi pekerjaan di kontrak, ketika telah menjadi karyawan, umumnya kamu akan diberikan informasi tentang jam dan beban kerja. Sekalipun tidak tertulis, keterangan tersebut seharusnya pernah dibahas oleh kedua belah pihak.

Nah apabila selama bekerja kamu mengalami pemotongan jatah cuti atau izin, penghapusan masa libur maupun penambahan beban dan jam kerja tanpa adanya perhitungan gaji lembur, maka hal tersebut sudah termasuk dalam tanda lingkungan kerja toxic.

 

5. Tuntutan untuk Patuh pada Perintah Atasan

Fenomena lain yang melambangkan lingkungan kerja toxic adalah kewajiban untuk patuh pada atasan. Perlu dipahami bahwa memiliki otoritas lebih tinggi tidak selalu menunjukkan jiwa leadership yang baik.

Pembatasan kritik dan saran dalam konteks profesional dianggap sebagai salah satu hal yang mencerminkan budaya kerja.

Bila kamu merasa tidak bebas mengutarakan pendapat bersifat konstruktif, merasa diremehkan, jarang menerima apresiasi, sering mendapatkan cemoohan atau dipaksa taat pada kuasa, maka akan sangat disarankan untuk merubah jalur karir di perusahaan lain.

Baca juga: Pentingnya Kesehatan Mental Bagi Karyawan, Wajib Diperhatikan

 

Cara Menghadapi Lingkungan Kerja Toxic

Menghadapi tantangan dalam dunia kerja memang bukan perkara yang mudah diatasi. Mengingat adanya perbedaan jabatan serta tuntutan pekerjaan, maka menemukan jalan keluar pun bisa dianggap sebagai rintangan tersendiri.

Lalu bagaimana cara menghadapi lingkungan kerja toxic? Berikut ulasannya.

 

1. Fokus Pada Diri Sendiri dan Pekerjaan

Pada dasarnya, pekerjaan adalah aspek pendukung kebutuhan sehari-hari Oleh karena itu, menciptakan batas antara kehidupan dengan kerja merupakan hal yang sangat wajar dilakukan. 

Biasa disebut work life balance, pekerjaan sebaiknya dilakukan secara optimal pada saat jam kerja dan tidak dibawa ke rumah. Hal ini juga berlaku sebaliknya, hindari menyebarkan masalah yang bersifat pribadi pada rekan kerja.

Hal ini dilakukan dengan maksud membuat batasan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi sehingga kamu dapat mendapatkan waktu untuk istirahat serta menjernihkan pikiran.

 

2. Menjalin Hubungan Baik dengan Orang Terpercaya

Perlu dipahami bahwa kepribadian seseorang bersifat variatif. Mengacu pada hal berikut, dalam lingkungan kerja, kamu perlu menjaga etika baik dan sopan pada seluruh rekan kerja.

Akan tetapi, pastikan kamu menemukan satu atau dua orang yang menjadi panutan serta pendukung untuk membantu melewati lingkungan kerja toxic

 

3. Mencari Hobi

Cara lain untuk menyegarkan pikiran setelah bekerja di lingkungan yang kurang kondusif adalah dengan menemukan hobi. Setelah jam kerja selesai atau di hari libur, usahakan untuk memfokuskan diri dalam kegiatan lain guna menghilangkan rasa suntuk.

 

4. Melakukan Me Time

Mengesampingkan waktu untuk diri sendiri setiap harinya sebagai langkah self reward bukanlah hal yang buruk. Justru, kamu perlu rehat sejenak guna merawat kondisi fisik maupun mental.

Mulai dari hal sederhana seperti membeli makanan dan minuman favorit, makan siang sendiri atau segera pulang setelah jam kerja habis, kamu sudah melakukan langkah baik untuk dirimu sendiri.

Selain itu, kegiatan me time seperti memasak, berolahraga, pergi berbelanja, menonton film, atau bermain game di hari libur juga bisa menjadi alternatif untuk mengalihkan fokus dari pekerjaan .

Nah, itu dia penjelasan mengenai definisi lingkungan kerja toxic, ciri-ciri, dan cara menghadapinya. So, apakah kamu sedang mengalaminya sekarang? Jika iya, maka kamu bisa menerapkan beberapa tips di atas agar segera keluar dari kondisi tersebut.

Baca juga: Kelebihan Asuransi Kesehatan Swasta & Bedanya dengan BPJS


undefined Komentar

Max. 0/120 karakter

Konten Lainnya